Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak Kecelakaan, Sistem Upah Sopir Bus Harus Diganti

Kompas.com - 02/01/2024, 19:01 WIB
Muhammad Fathan Radityasani,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Belakangan ini sering terjadi kecelakaan yang melibatkan bus. Bahkan yang terakhir ada PO Bhinneka yang tabrak guard rail di Tol Jakarta-Cikampek, enam orang meninggal.

Tentu kejadian seperti ini sangat miris, penumpang yang sudah bayar buat sampai tujuan dengan selamat malah khawatir. Salah satu penyebab dari kecelakaan yang sering terjadi adalah soal pengemudi yang ugal-ugalan.

Marcell Kurniawan, Training Director The Real Driving Centre mengatakan, para pengemudi yang ugal-ugalan disebabkan sistem kerjanya yang dikejar waktu.

Baca juga: PO Palala Luncurkan Bus Baru Buatan Karoseri Laksana

Bus PO Handoyo yang mengalami kecelakaan di tol Cipali, Purwakarta, Jawa Barat, Jumat (15/12/2023) berada di sekitar Gerbang Tol Cikopo, Sabtu (16/12/2023).KOMPAS.COM/FARIDA Bus PO Handoyo yang mengalami kecelakaan di tol Cipali, Purwakarta, Jawa Barat, Jumat (15/12/2023) berada di sekitar Gerbang Tol Cikopo, Sabtu (16/12/2023).

"Mereka yang kebut-kebutan biasanya dikarenakan sistem kerja yang ditarget waktu dan ritase," kata Marcell kepada Kompas.com, Senin (1/1/2024).

Kalau sudah sistemnya begitu, maka pengemudi memilih buat cepat-cepat sampai tujuan, tidak mempedulikan keselamatan. Makanya sering ada bus yang ngeblong, bahkan sampai menyalip dari bahu jalan saat di jalan tol.

Menurut Marcell, sistem gaji buat pengemudi bus rasanya bisa jadi solusi buat mengurangi kecelakaan karena sopir yang ugal-ugalan. Bahkan beberapa PO bus sudah melakukannya dan lebih memperhatikan keselamatan.

Baca juga: Pasang Lampu Tambahan untuk Motor Skutik, Biaya mulai Rp 650.000

"Lihat driver bus di DKI, saat sistem kerjanya diubah bukan lagi setoran tapi gajian, maka sekarang enggak kita temui lagi sopir yang ugal-ugalan," ucap Marcell.

Sebenarnya sistem gaji seperti itu sangat mungkin buat dilakukan untuk bus antar kota. Cuma memang di awal, pendapatan pengemudi bisa tidak sama dengan model setoran seperti yang sekarang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau