Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Liburan ke Yogyakarta, Hindari Jalur Alternatif Cinomati

Kompas.com - 23/12/2023, 12:22 WIB
Erwin Setiawan,
Stanly Ravel

Tim Redaksi

KLATEN, KOMPAS.com - Yogyakarta menjadi salah satu provinsi yang akan menjadi destinasi libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2023.

Banyaknya sejumlah tempat wisata serta menjadi kota transit membuatnya banyak dilalui oleh masyarakat.

Polda DIY sudah merencanakan rekayasa lalu lintas agar agenda Nataru 2023 berjalan dengan lancar dan aman. Salah satu imbauan kepada masyarakat ialah tidak disarankan melewati jalur alternatif rujukan Google Maps.

Dirlantas Polda DIY Kombes Pol Alfian Nurrizal mengimbau, masyarakat untuk tidak melalui jalur Cinomati, Kabupaten Bantul, yang biasa jadi jalur alternatif.

Baca juga: Tips Hindari Jalur Cinomati yang Ekstrem Saat Wisata ke Yogyakarta

Petugas SAR mengevakuasi minibus yang mengalami kecelakaan di jalur Cinomati, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sabtu (9/12/2023) siang.
Tangkapan layar video SAR Bantul via TribunJogja.com Petugas SAR mengevakuasi minibus yang mengalami kecelakaan di jalur Cinomati, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sabtu (9/12/2023) siang.

Sebagai upaya pengamanan, pihak Ditlantas akan menempatkan anggota PAM Swakarsa yang akan menjaga jalur Cinomati.

"Akan ada masyarakat PAM swakarsa, mereka bakal membantu anggota kami memberikan kesadaran masyarakat agar tidak melalui jalur Cinomati, nanti kami berikan reward karena Cino mati itu jalur super ekstrem, masyarakat sebaiknya lewat jalan utama dulu," terang Alfian Rabu (20/12/2023).

Tak hanya itu, Pemerintah Kabupaten Bantul juga berupaya agar menghapus rute Cinomati dari Google Maps agar tidak dilalui wisatawan. Karena rute ini dikenal memiliki trek ekstrem dan menjadi salah satu titik rawan kecelakaan.

Baca juga: Liburan ke Yogya, Hindari Jalur Cinomati yang Rawan Kecelakaan

Jalan Cinomati, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta ketika terjadi longsor yang menyebabkan sejumlah pengendara sepeda motor terjauh.KOMPAS.com/Markus Yuwono Jalan Cinomati, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta ketika terjadi longsor yang menyebabkan sejumlah pengendara sepeda motor terjauh.

Jalur Cinomati merupakan rute alternatif penghubung wilayah Kabupaten Bantul dan Gunungkidul. Lokasi tepatnya berada Jalan Pleret - Pathuk dan masuk ke dalam wilayah Desa Wonolelo, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul.

Selain banyak turunan dan tanjakan, jalur ini terbilang cukup sempit sehingga akan menyusahkan pengendara saat melewatinya. Perlu menjadi catatan, risiko terburukanya adalah masuk ke dalam jurang ketika sampai keluar trek.

Karena cukup rawan kecelakaan, tanjakan Cinomati kerap dijaga oleh petugas dan relawan baik dari Polri, TNI, Satpol-PP, SAR DIY Distrik Bantul Paksi Katon, FPRB Wonolelo, dan berbagai unsur relawan lainnya.

Baca juga: Tanjakan Cinomati, Jalur Ekstrem di Bantul yang Mau Dihapus dari Google Maps

Petugas yang berjaga di lokasi ini akan dengan sigap menolong kendaraan yang gagal menanjak dan mengatur arus lalu lintas.

Dalam kesempatan terpisah, Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono mengatakan, bukan hanya kurang disiplin berkendara, tapi faktor geometrik jalan juga kerap menjadi pemicu kecelakaan. Menurutnya, jalan-jalan di Indonesia tidak disiapkan sesuai dengan regulasi yang ada.

"Jalan, khususnya di tempat terpencil, biasanya dulunya jalan setapak. Terus jalan kuda kemudian diperlebar untuk lalu lintas yang tidak terlalu padat. Begitu sekarang ramai, ini menyangkut geometrik jalan," ujar Soerjanto dalam keterangan resminya.

Baca juga: Pemkab Bantul Kembali Upayakan Penghapusan Jalur Cinomati dari Google Maps

Kondisi jalan jalur Cinomati, Bantul dengan rambu yang terpasang dan petugas yang tengah berjaga pada Selasa (27/6/2017). TribunJogja.com Kondisi jalan jalur Cinomati, Bantul dengan rambu yang terpasang dan petugas yang tengah berjaga pada Selasa (27/6/2017).

Investigator Senior KNKT Achmad Wildan mengatakan, sebagian besar jalan di Indonesia bukanlah jalan yang sengaja dibangun, melainkan jalan peninggalan zaman Belanda.

Jalan tikus, jalan setapak, hingga jalan lingkungan yang kemudian dilebarkan dan diperkeras sehingga tampak menjadi bagus.

"Jalan tersebut terjadi tanpa melalui kaidah keselamatan infrastruktur jalan yang baik, yang terdiri dari audit keselamatan jalan, inspeksi keselamatan jalan, analisa dampak keselamatan jalan, manajemen daerah rawan kecelakaan, serta laik fungsi jalan,” ucap Wildan.

Sehingga, menurut Wildan sangat mungkin jalan tersebut menyimpan banyak hazard atau bahaya yang berpotensi menyebabkan celaka.


Sementara itu. Untuk merenovasi jalan-jalan seperti ini membutuhkan dana tidak sedikit sehingga tidak bisa dilakukan secara serempak. Itu sebabnya, Polda DIY mengimbau masyarakat untuk menghindarinya untuk sementara waktu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau