JAKARTA, KOMPAS.com - Sering terlihat di jalan ketika ada ambulans yang sedang menyalakan sirene meminta hak utama, ada kendaraan lain di belakangnya yang mengikuti.
Kendaraan tersebut bisa jadi bukan anggota keluarga dari orang yang ada di ambulans, jadi memanfaatkan kesempatan. Padahal, itu sangat berbahaya karena bisa menyebabkan celaka.
Bripka Abster Matius Wongkar, Bintara PROVOS Korpolairud Baharkam Polri mengatakan, sudah sering kejadian saat Abster sedang mengawal ambulans, ada kendaraan yang mengekor.
Baca juga: Video Petugas Provos Tegur Pengekor Ambulans, Jangan Ambil Kesempatan
@abster.m.wongkarSemangat Selalu Bagi Para Pejuang Kemanusian, Karena Upah mu Besar Di Surga, Amin amin amin ????
? it will rain - xzolovin
"Untuk ambulans kenapa enggak boleh (diikuti), karena dia enggak tahu di depan ini mau rem atau bagaimana, risiko kan tabrakan beruntun," kata Abster kepada Kompas.com, Senin (20/11/2023).
Abster bilang, kalau sering kejadian mobil yang mengekor akhirnya malah tabrakan beruntun. Mengingat kalau ambulans jalan dalam kondisi darurat, manuvernya bisa sangat tidak tertebak.
Safety Defensive Consultant Indonesia, Sony Susmana, mengatakan, perilaku mengekor ambulans merupakan tindakan tak beretika yang berarti pengemudinya tidak punya etika.
Baca juga: Empat Pebalap Kedapatan Melanggar Aturan Tekanan Ban di MotoGP Qatar
"Pengemudi yang sering mengekor ini tidak beretika, memanfaatkan situasi darurat untuk kepentingan pribadinya. Pengemudi ini sering disebut tourist convoy, tidak mau bersusah-susah dengan kondisi lalu lintas," kata Sony belum lama ini.
Perilaku mengekor ambulans sangat berisiko menimbulkan kecelakaan. Selain dia tidak tahu apa yang ada di depan, tapi biasanya cenderung mepet ke ambulans biar tetap satu rombongan.
"Si pengekor turut bermanuver di antara kepadatan lalu lintas. Sedikit kecerobohan saja bisa berisiko besar mengakibatkan tabrakan beruntun," kata dia.
Jadi soal mengekor ambulans, sangat tidak aman buat dilakukan. Risikonya adalah terlibat tabrakan beruntun dan sebenarnya seperti tidak punya etika, memanfaatkan kesempatan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.