JAKARTA, KOMPAS.com - Tren konversi mobil klasik menjadi mobil listrik pernah mencuat pada 2019 sebelum pandemi Covid-19. Situasi saat itu diramaikan para pemilik mobil klasik yang berniat mengonversi mobil listrik buat harian.
Salah satu pemain mobil klasik yang melakukan konversi di awal-awal tren tersebut ialah Marius Pratiknjo, anggota Perhimpunan Penggemar Mobil Kuno Indonesia (PPMKI), yang mengonversi Citroen Mehari.
Baca juga: Begini Cara Mengurangi Emisi Gas Buang pada Mobil Tua
Namun, saat ini Marius mengatakan tren berubah, sebab ternyata banyak merek yang melansir mobil listrik harga terjangkau. Sehingga secara ekonomi lebih murah membeli mobil listrik ketimbang konversi.
"Belum (banyak), ternyata trennya tidak lari ke sana. Kami lebih mudah membeli saja. Itu di GIIAS (2023) banyak sekali mobil listrik baru yang murah-murah, Citroen juga mengeluarkan mobil listrik murah," kata Marius kepada Kompas.com, Minggu (27/8/2023).
Marius mengatakan, masuknya banyak mobil listrik asal China juga membuat pemilik mobil klasik malas melakukan konversi.
"Kemarin kan kita coba yang seperti saya saja itu waktu itu (bikinnya) Rp 100 jutaan kalau mau yang lebih besar (baterai dan dinamonya) itu Rp 200 juta-Rp 300 jutaan. Sedangkan Wuling Air EV itu bahkan sekarang lebih murah lagi (Air EV Lite)," kata Marius.
Baca juga: Masalah Rangka eSAF Honda, Kemenhub Akan Panggil AHM Besok
Bicara GIIAS 2023 dapat disebut ajang pabrikan mobil China meluncurkan mobil listrik murah. Pertama ada Seres yang punya dua varian yaitu Seres E1 B Type dibanderol Rp 189 juta dan L Type dijual Rp 219 juta.
Kemudian Wuling melansir Air EV Lite yang menjadi varian baru di bawah Air EV Standard Range. Mobil mungil itu dibanderol Rp 206 juta, namun dengan insentif PPN 1 persen harganya menjadi Rp 188,9 juta on the road (OTR) Jakarta.
Ada juga pabrikan baru yaitu Neta yang melansir Neta V. Mobil listrik yang punya jarak tempuh 384 km ini dibanderol dengan harga khusus pre book Rp 379 juta waktu di GIIAS 2023.
Baca juga: Kendaraan Euro 4 Pakai BBM Tidak Sesuai Standar Jadi Penyebab Polusi
"Jadi trennya sepertinya tidak ke sana, jadi lebih ke pehobi saja. Tadinya kami pikir akan harus karena orang kita masih lebih suka beli jadi," kata dia.
Pemerintah sendiri mendukung konversi mobil listrik, aturannya tertuang dalam Permenhub No PM 15 Tahun 2022 yang diharapkan dapat memudahkan masyarakat jika ingin mengonversi mobil berbahan bakar minyak jadi mobil listrik.
"Ada beberapa juga sih teman yang masih jalan (konversi). Tapi jadi buat hobi tidak untuk pakai," kata Marius.
"Tidak masuk harganya. Mobil listrik makin murah terutama yang mobil China, jadi trennya tidak ke sana, kami salah duga lah, PPMKI salah duga," kata Marius.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.