Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cuaca Panas, Ancaman Krisis Baru Industri Otomotif

Kompas.com - 02/05/2023, 18:30 WIB
Ruly Kurniawan,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Cuaca panas dengan suhu tinggi di dunia menjadi ancaman industri otomotif di seluruh dunia. Pasalnya, hal tersebut berpotensi membuat terjadinya krisis air sehingga mempengaruhi aktivitas produksi.

Krisis air, bukan hanya akan berdampak pada pertanian tetapi juga ke industri otomotif. Menurut pernyataan Ecolab dilansir Car Dealer Magazine, sedikitnya dibutuhkan 4.000 liter air untuk membuat satu mobil saja.

Dengan kondisi tersebut, CEO SEAT and Cupra Wayne Griffiths, yang memiliki berbagai pabrik di Spanyol pun prihatin dengan kelangkaan ini. Dia meyakini hal tersebut akan menjadi ‘krisis berikutnya’ setelah semikonduktor.

Baca juga: Hyundai Creta EV Tertangkap Kamera Sedang Melaju di Jalan Raya

Pekerja merakit mobil pick up di Pabrik Mobil Esemka, Sambi, Boyolali, Jawa Tengah, Jumat (6/9/2019). Presiden Joko Widodo meresmikan pabrik mobil PT Solo Manufaktur Kreasi (Esemka) untuk mulai beroperasi memproduksi mobil. ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho/foc.ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho Pekerja merakit mobil pick up di Pabrik Mobil Esemka, Sambi, Boyolali, Jawa Tengah, Jumat (6/9/2019). Presiden Joko Widodo meresmikan pabrik mobil PT Solo Manufaktur Kreasi (Esemka) untuk mulai beroperasi memproduksi mobil. ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho/foc.

"Meski situasi semikonduktor membaik kita akan menghadapi krisis berikutnya, yang menurut saya akan menjadi krisis air,” kata Griffiths, Minggu (30/4/2023).

Pernyataan yang dilayangkan Griffiths bukan omong kosong, dia melihat Eropa Selatan sudah sangat kering. Bahkan, dirinya sudah berbicara dengan menteri di Catalunya mengenai stuasi tersebut karena jelas sangat mengkhawatirkan.

“Tentu saja , kita bisa mengambil air laut dan menghilangkan garamnya, tapi itu akan sangat boros energi. Kami membutuhkan hujan karena pembuatan mobil membutuhkan air,” ujarnya.

Mengantisipasi hal tersebut, Wayne Griffiths mengatakan bahwa saat ini perusahaan fokus pada model tertentu. Dia menegaskan memproduksi Cupra menjadi prioritas ketimbang SEAT yang peminatnya dari kalangan tertentu.

“Kami harus membuat keputusan strategis dan menetapkan prioritas kami. Ketika kami tidak memiliki cukup semikonduktor, kami memutuskan untuk memprioritaskan Cupra, yang sayangnya berdampak negatif pada SEAT,” ucapnya.

Baca juga: Honda Brio Facelift Meluncur Pekan Ini?

Karyawan yang sedang bekerja di pabrik mobil Hangzhou, Provinsi Zhejiang, China.Reuters Karyawan yang sedang bekerja di pabrik mobil Hangzhou, Provinsi Zhejiang, China.

Seperti diketahui, saat ini Eropa tengah menghadapi musim panas terkering dalam 500 tahun terakhir pada 2022. Curah hujan minimal selama musim dingin, membuat pemerintah memperingatkan akan terjadinya krisis air.

Sementara itu, beberapa produsen mobil masih kesulitan dengan suplai cip semikonduktor, terutama kendaraan mewah. Ini membuat produksi mereka terbatas dan membutuhkan waktu lama untuk membangun satu mobil saja.

“Kami melakukan itu karena alasan margin dan tentunya dengan kapasitas produksi yang berkurang, kami harus tetap untung sebagai perusahaan. Khususnya untuk brand Cupra yang baru saja diperkenalkan. Anda tidak bisa meluncurkan produk tapi tidak ada yang dijual,” tutur Griffiths.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com