JAKARTA, KOMPAS.com - Perusahaan otomotif asal China, BYD menyatakan bahwa teknologi penggerak otonom penuh pada kendaraan masa depan, masih tergolong mustahil untuk diterapkan saat ini.
Dikutip ArenaEV pada Senin (1/5/2023), Juru bicara perusahaan, Li Yunfei pun turut mempertanyakan teknologi tersebut dari sudut pandang etika, moral, dan keselamatan.
"Kami pikir teknologi swakemudi yang sepenuhnya, itu terpisah dari manusia sangat, sangat jauh, dan pada dasarnya tidak mungkin," kata dia.
Baca juga: Pilihan LSUV Bekas Usai Lebaran 2023, Harga mulai Rp 86 Jutaan
Ia menambahkan, masalah terbesar dari fitur otonom adalah keselamatan dan dia juga secara khusus berfokus pada rasa tanggung jawab atas kemungkinan terjadinya kecelakaan.
Di China, mengemudi secara otonom pada umumnya tidak diperbolehkan. Bila ingin dipakai, hanya beberapa kota saja yang mengeluarkan izin khusus yang sangat terbatas.
Kebanyakan mobil jenis tersebut di China untuk layanan taksi dan untuk tujuan pengujian.
Penyataan BYD tersebut berbeda terbalik dengan para produsen otomotif lain yang sedang berlomba-lomba menghadirkan fitur-fitur istimewa dan terdepan untuk satu buah kendaraan, seperti yang dilakukan oleh Tesla.
Baca juga: Honda Uji Sasis Baru Kalex di Tes Jerez 2023
Hal itu menjadi lebih menarik, melihat dua pabrikan mobil listrik terlaris punya pandangan yang berlawanan tentang subjek di mana salah satu dari mereka mempertaruhkan masa depannya.
BYD baru-baru ini dinobatkan sebagai produsen mobil listrik terbesar di dunia berkat portofolio kendaraan hibrida listrik dan plug-in yang luas.
Namun bila hanya bicara mobil listrik murni, Tesla masih jauh melampaui BYD dengan selisih sekitar 50 persen pada penjualan di kuartal I/2023.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.