JAKARTA, KOMPAS.com - Mengganti sekring mobil di fuse box tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Jika salah memasang kapasitas sekring, ada potensi kerusakan yang bisa terjadi.
Juni Siswanto, Technical Leader Auto2000 Ahmad Yani mengatakan, kesalahan saat penggantian sekring kerap kali dilakukan oleh pengemudi.
“Biasanya pengemudi keliru memasang sekring, jadi sekring dipasang di posisi yang nggak seharusnya. Tapi ada juga pengemudi yang mencoba ‘kreatif’ dan menaikkan tegangan sekring,” ucapnya kepada Kompas.com, Jumat (18/4/2023).
Juni menjelaskan, ada banyak sekring pada fuse box yang masing-masing memiliki fungsi tersendiri, namun intinya, fungsi utama sekring mobil adalah untuk mengatur dan membatasi jumlah tegangan pada kelistrikan mobil.
Baca juga: Infrastruktur Mobil Listrik, Toyota Siapkan Charging Station di Diler
Karena fungsinya berbeda-beda, tiap sekring juga memiliki tegangan yang berbeda pula, mulai dari 10 ampere sampai 60 ampere, tergantung jalur kelistrikan yang ditangani.
“Kalau ditemui adanya kelebihan muatan listrik, sekring akan putus untuk mencegah terjadinya korsleting. Jika sudah putus, sekring harus diganti baru,” ujar Juni.
Kadang kala dijumpai pengemudi yang mencoba menaikkan tegangan sekring dengan asumsi hal itu bisa membuat pemakaian sekring menjadi lebih awet dan tidak gampang putus. Padahal, ini adalah tindakan yang berbahaya.
“Memang sekring tidak akan putus, tapi nantinya dia akan overheat dan tidak bisa mengatur jumlah tegangan listrik. Kasus terparah adalah mobil terbakar,” kata dia.
Baca juga: Kendaraan Listrik Butuh APAR Khusus untuk Mengatasi Kebakaran
Dia menceritakan banyak kasus mobil terbakar terjadi akibat kekeliruan memasang sekring. Oleh karenanya, dia mewanti-wanti pengemudi untuk tidak sembarangan memasang sekring.
“Di tutup fuse box, sudah ada panduan tentang tegangan untuk masing-masing. Tegangannya harus sesuai untuk masing-masing titik, tidak boleh dirubah,” ujarnya.