JAKARTA, KOMPAS.com - Penggantian oli mesin sudah ditetapkan waktunya yang paling tepat oleh pabrikan. Secara umum, sarannya setiap mobil menempuh jarak 10.000 Km atau 6 bulan harus diganti menggunakan oli yang sesuai.
Sayangnya, budaya masyarakat Indonesia suka mengulur penggantian oli. Misal karena sibuk, belum sempat ke bengkel dan lain sebagainya sehingga waktu penggantiannya mundur.
Lantas, bolehkah ganti oli mesin melebihi ukuran waktu yang sudah ditetapkan?
Baca juga: Apakah Benar Semakin Encer Oli Mesin, Makin Hemat Bahan Bakar?
Technical Specialist PT Pertamina Lubricants (PTPL) Brahma Putra Mahayana mengatakan, sebenarnya pabrikan oli sudah mengantisipasi budaya masyarakat Indonesia yang suka menunda penggantian oli mesin.
“Sehingga pembuatan oli sudah didesain bisa digunakan lebih dari patokan yang sudah ditetapkan oleh pabrikan, karena bagaimanapun mereka yang memiliki hak untuk menetapkan kapan sebaiknya oli diganti,” ucap Brahma kepada Kompas.com, Kamis (30/3/2023).
Dia mengatakan pembuatan oli mesin untuk mobil sudah dibuat toleransi, sehingga tidak mepet pada jarak tempuh 10.000 Km seperti yang ditetapkan pabrikan.
Baca juga: Tren Oli Mesin Encer untuk Mobil Baru
“Ada safety factor pada saat pembuatan oli, sehingga oli yang kami keluarkan memiliki performa yang diatasnya, untuk mengantisipasi masyarakat yang suka menunda dalam penggantian oli,” ucap Brahma.
Tapi, ada etika bisnis yang harus dijaga sehingga pihak produsen oli tidak mengumumkan secara masif bahwa oli memiliki performa yang lebih tinggi daripada patokan yang sudah ditetapkan oleh pabrikan.
“Hal yang paling berhak menyatakan penggantian oli setiap berapa kilometer adalah pabrikan, atau OEM, kami hanya mengakomodir saja, tapi jika ditanya kualitas oli, maka sebenarnya bisa dipakai lebih lama,” ucap Brahma.
Baca juga: Apakah Normal jika Volume Oli Mesin Berkurang Saat di Ganti?
Dia mengatakan, oli yang diproduksi dan dipasarkan juga harus memperhatikan kualitas yang harus dijaga, oleh karena itu ada toleransi.
“Jika dipepetin, kalau terjadi apa-apa produsen oli kan juga bisa disalahkan karena sudah membuat oli yang jelek, untuk mengantisipasi itu ada safety factor tadi dalam pembuatan oli,” ucap Brahma.
Selama pengguna bisa memastikan oli tersebut masih memiliki kualitas bagus, menurut Brahma oli masih bisa dipakai seperti orang-orang industri yang memiliki lab untuk mengetahui kualitas oli setelah dipakai.
Baca juga: Boleh atau Tidak Ganti Oli Mesin dengan Spesifikasi Berbeda?
“Orang-orang industri bisa memanfaatkan laboratorium yang ada, sehingga bisa saja mereka membuat standar baru, misal dari pabrikan mengatakan 10.000 Km harus ganti tapi setelah diteliti oli tersebut misal mampu dipakai sampai 15.000 Km, itu bisa saja,” ucap Brahma.
Hanya saja, tidak semua pengguna mobil memiliki laboratorium untuk memeriksa kualitas oli dengan akurat. Sedangkan pemeriksaan secara visual saja tidak akan cukup untuk mengukur kualitas oli meski sebenarnya bisa dilakukan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.