Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Luhut Sebut Indonesia Akan Fokus Produksi Baterai Kendaraan Listrik

Kompas.com - 21/03/2023, 16:01 WIB
Donny Dwisatryo Priyantoro,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Salah satu komponen paling mahal pada mobil listrik adalah baterai. Untuk bisa menekan harga mobil listrik, Indonesia juga akan memproduksi baterai kendaraan listrik.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan, mengatakan, pemerintah menyadari sepenuhnya bahwa harga Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) di Indonesia masih terbilang cukup mahal bagi sebagian masyarakat.

Baca juga: Pemerintah Siapkan Rp 7 Triliun untuk Insentif Motor Listrik

"Oleh karena itu, pemerintah mengambil langkah lebih jauh dengan memberikan bantuan pemerintah dan insentif fiskal kepada masyarakat yang ingin membeli KBLBB," ujar Luhut, saat peluncuran Kebijakan Bantuan Pemerintah untuk KBLBB, di Jakarta, Senin (20/3/2023).

Baterai mobil listrik Wuling Air ev dites direndam air dengan kedalaman 1 meterCILL Baterai mobil listrik Wuling Air ev dites direndam air dengan kedalaman 1 meter

Tapi, insentif diberikan hanya untuk mobil listrik yang memiliki Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) minimal 40 persen. Saat ini, baterai mobil listrik masih diimpor.

Jika produsen mobil listrik sudah menggunakan baterai buatan dalam negeri, maka TKDN dari mobil tersebut tentu akan meningkat.

Baca juga: Berlaku 2 Tahun, Ini Kuota Pemberian Insentif Motor Listrik

Luhut mengatakan, Indonesia akan memproduksi baterai lithium. Tapi, perkembangan teknologi sekarang ini sangat cepat. Sekarang, sudah mulai masuk Lithium Ferro Phosphate (LiFePO4 atau LFP).

Baterai Mobil Listrik Nissan Leaf Foto: Wikipedia/H.Kashioka Baterai Mobil Listrik Nissan Leaf

"Kebetulan, kita memiliki besi yang cukup banyak. Jadi, LFP ini akan kita produksi juga di Indonesia. Kebetulan lagi, kita sudah memproduksi lithium processing plant di Morowali yang berkapasitas 60.000 ton per tahun, salah satu yang terbesar di dunia," kata Luhut.

"Jadi, kita sekarang akan memasuki dua bidang ini. Kita membangun ekosistem di dalam energi baru yang menggantikan energi dari fosil," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau