Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PO Raya Enggan Pakai Sasis Bus Premium, Ribet di Sparepart

Kompas.com - 09/02/2023, 09:42 WIB
Muhammad Fathan Radityasani,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PO Raya asal Sukoharjo, Jawa Tengah menjadi perusahaan otobus (PO) dengan keunikan pelayanan. Bangku yang ada di kabin bus memakai bekas pesawat, bukan bangku biasa.

Selain itu, PO Raya juga terkenal dengan armadanya yang terawat padahal sudah punya usia pakai yang lama. Bahkan, sasis Mercedes Benz OH 1518 lansiran awal 2000-an masih ada yang beroperasi sampai sekarang.

Bicara soal sasis, PO Raya selalu memilih buatan Mercedes Benz. Lalu, sasis yang digunakan tidak pernah yang premium atau dengan tenaga di atas 300 TK, seperti 1836 atau 2542 yang tronton.

Baca juga: Pertimbangan PO Raya Tidak Punya Bus Suites Class

Bus AKAP PO Raya Solo-BogorKOMPAS.com/FATHAN RADITYASANI Bus AKAP PO Raya Solo-Bogor

Santo, pekerja di PO Raya sejak 1960-an mengatakan, saat ini PO Raya banyak menggunakan OH 1526 dan 1626. Sasis yang seragam bisa mempermudah dalam hal perawatan berkala.

"Itu mempermudah untuk sparepart, cadangannya," ucap Santo kepada Kompas.com, belum lama ini.

Sedangkan, kalau ada sasis yang banyak modelnya, maka harus disiapkan pula sparepart yang lebih beragam. Tentu saja hal ini lebih merepotkan daripada menyimpan stok suku cadang untuk satu bus yang sama.

Baca juga: Alasan PO Raya Menolak Punya Bus Tingkat

Selain mudah untuk perawatan, PO Raya memilih sasis bus yang bukan premium berkaitan dengan biaya operasional. Pada kondisi tertentu, sasis bus premium jatuhnya lebih boros daripada sasis biasa (GVW 15 ton-16 ton).

"Kalau sepi, orang 10, dia bawa 10, saya bawa 10, pengeluarannya dia dua kali lipat karena solarnya lebih boros," ucap Santo.

Terkait sasis premium, sebenarnya cuma soal gengsi saja. Kalau memang mencari untung dari bisnis bus, maka dipilih sasis yang nilai bisnisnya dirasa lebih menguntungkan, bukan sekadar cari status.

"Kalau gengsi kan lain, dia tidak 100 persen cari uang, tapi dia cari nama juga," kata Santo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com