JAKARTA, KOMPAS.com – Kopaja dan Metro Mini menjadi armada bus yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Jakarta. Kedua bus kota berjenis medium bus ini pernah menguasai lalu lintas Ibu Kota di era 80an hingga 2000 awal.
Baik Kopaja dan Metro Mini menjadi angkutan massal yang banyak digunakan sebagai mobilitas masyarakat sebelum kemunculan Transjakarta di 2004.
Namun begitu adanya layanan dari Transjakarta yang lebih modern dan juga melayani berbagai rute, armada dua bus kota ini perlahan berkurang seiring berkurangnya penumpang, yang tersisa hanya bus dengan fasilitas yang sangat jauh dari kata layak.
Baca juga: Pentingnya Inspeksi dan Garansi Saat Membeli Mobil Bekas
Dengan adanya Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2014 tentang Transportasi yang menginstruksikan untuk semua angkutan umum harus diremajakan setelah 10 tahun, pihak pemilik bus tidak sanggup untuk melakukan hal itu.
Namun, dikutip dari Kompas.com, armada Kopaja berhasil bergabung dengan Transjakarta pada 2015. Sementara itu Metro Mini semakin langka dan seolah menghilang saat ini.
“Peran bus kota itu diganti oleh Transjakarta yang lebih berkeselamatan aman, nyaman dan terjangkau. Jadi saat ini lebih baik. Transjakarta itu kan juga bus kota. Metro Mini dan bus sejenisnya itu punya pelayanan buruk, biarkan saja tidak punya tempat,” kata Darmaningtyas kepada Kompas.com, Jumat(27/1/2023).
Mulai kerap ugal-ugalan, fasilitas bus yang tidak memadai, ngetem terlalu lama, menaikan dan menurunkan penumpang dimana saja, bahkan ada sejumlah oknum kriminal seperti copet yang meresahkan penumpang.
Baca juga: New Mazda2 Meluncur, Ini Perubahannya pada Eksterior dan Interior
Untuk di tempat metropolis, Darmaningtyas mengatakan jika kendaraan umum yang ideal digunakan sebagai angkutan massal harus memberikan rasa aman, nyaman dan terjangkau.
Ojek online yang menjamur juga menjadi saingan dari bus kota.
Hanya saja, menurut Darmaningtyas kendaraan roda dua ini tidak akan bisa menyaingi angkutan massal seperti bus. Apalagi harga Transjakarta lebih murah untuk sekali perjalanan. Maka dari itu, untuk kedua layanan ini punya segmen pasar tersendiri.
“Untuk ojek online hanya membantu sesaat saja, tapi kan kalau angkutan umum massal lebih baik, mungkin pengguna ojek online akan berkurang,” kata Darmaningtyas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.