JAKARTA, KOMPAS.com - Toyota Indonesia mengaku bahwa target ekspor kendaraan roda empat atau lebih buatan dalam negeri dalam bentuk utuh alias completely built-up (CBU) sebesar 1 juta unit pada 2025 sangat sulit dicapai dallam kondisi saat ini.
Hal terkait salah satunya karena pasar domestik sebagai tonggak utama kegiatan ekspor masih belum tumbuh signifikan sejak lima tahun belakangan dengan melebihi 1,5 juta unit. Meskipun sepanjang 2022, performanya sudah mulai kembali normal.
Sebab, sebagaimana dikatakan Direktur Hubungan Eksternal Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam, untuk bisa mencapai angka ekspor mobil 1 juta unit secara konsisten dibutuhkan industri komponen lokal yang kuat pula.
Baca juga: Toyota Indonesia Bakal Bikin Mobil Hybrid Murah
Mengingat hampir 70 persen kegiatan produksi otomotif (dari barang mentah ke setengah jadi) dikerjakan dari sektor industri komponen. Sisanya, baru dilakukan di manufaktur pabrikan otomotif (setengah jadi ke barang jadi).
"Pertama, domestiknya itu harus dibangun secara efisien dan size-nya cukup economical lebih dahulu. Saya lihat, seharusnya Indonesia bisa mencapai 1,5 juta unit hingga 2 juta unit per tahun," kata Bob saat ditemui di Jakarta, Rabu (25/1/2023) sore.
"Sehingga, industri komponen dan supply chain-nya lebih efisien. Jadi pada akhirnya nanti, daya saing kita jadi lebih baik (TKDN tinggi)," lanjut dia.
Jangan sampai, ketika nantinya berjalan, ada kendala pasokan komponen dari pemasok, baik pada tier-1 maupun tier-2 dan tier-3. Kalau terjadi bisa berdampak fatal seperti penundaan pengiriman (inden) hingga berkurangnya kepercayaan dari negara tujuan ekspor.
Baca juga: Toyota Indonesia Bicara Konsep Ideal Penggunaan Kendaraan Listrik
Tantangan lainnya, ialah kondisi ekonomi di dunia yang kini sedang berada di tren negatif atau slow down dengan ancaman resesi. Membuat tingkat konsumsi mereka juga pada akhirnya turun.
Dalam kesempatan sama, Bob juga menjelaskan salah satu alasan Indonesia cukup sulit untuk mengembangkan pasar domestik menuju 1,5 juta unit atau 2 juta unit. Yaitu, adanya pengenaan pajak berlapis (Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah).
Sebagai contoh, setiap pembelian mobil ada namanya beban pajak BBNKB 10 persen dan PKB 10 persen. Sehingga membuat seluruh kendaraan di Indonesia, memiliki harga yang tinggi, sementara pendapatan per kapita tergolong rendah (4.300 dollar AS).
"Jadi target 1 juta unit ekspor dari pemerintah ini sangat challenging. Tapi sebenarnya itu pesan yang ingin disampaikan bagaimana cepat-cepat Indonesia ekspornya. Jadi spirit-nya itu ke sana kalau yang kita tangkap, jangan ke angkanya, itu memang berat," kata dia lagi.
Baca juga: Ekspor Mobil Buatan Indonesia di 2022 Lampaui Pra-Pandemi
Sebelumnya, Menteri Perindustrian RI Agus Gumiwang Kartasasmita menargetkan ekspor mobil dalam bentuk CBU dari Indonesia harus bisa mencapai 1 juta unit pada 2025.
Keyakinan itu, sejalan dengan pergerakan positif pada berbagai sektor pendukung serta hadirnya Pelabuhan Patimban di Jawa Barat yang disinyalir mampu menambah kegiatan ekspor.
Sebelumnya, aktivitas pengkapalan hanya dilakukan di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara.
"Kami memiliki target yaitu mencapai 1 juta unit ekspor kendaraan pada 2025," kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmitha dalam konferensi pers, Selasa (15/3/2022).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.