Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Pengemudi Menjadi Penyebab Utama Terjadinya Rem Blong?

Kompas.com - 07/12/2022, 13:12 WIB
Erwin Setiawan,
Aditya Maulana

Tim Redaksi

SUARABAYA, KOMPAS.com - Banyak terjadi kecelakaan lalu lintas yang melibatkan bus dan truk. Peristiwa tersebut sebagian besar terjadi di jalanan menurun, dan hampir semua disebabkan oleh rem blong.

Hal ini tentu membuat berbagai pihak geram, kenapa kejadian yang mengakibatkan banyak orang kehilangan nyawa terus berulang dengan pola yang sama. Apakah tidak ada yang bisa mengantisipasi terjadinya rem blong?

Namun, temuan Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) cukup mengejutkan karena sesungguhnya peristiwa tersebut terjadi lantaran kesalahan prosedur yang dilakukan pengemudi.

Baca juga: Kenapa Rem Bus dan Truk Blong Sering Terjadi di Jalan Menurun?

Proses evakuasi oleh relawan pada bus pariwisata terperosok ke parit sawah sedalam dua meter di kawasan perbukitan pada Kalurahan Pendoworejo, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Beberapa relawan yang terlibat menarik bus adalah armada jip dan truk.ISTIMEWA Proses evakuasi oleh relawan pada bus pariwisata terperosok ke parit sawah sedalam dua meter di kawasan perbukitan pada Kalurahan Pendoworejo, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Beberapa relawan yang terlibat menarik bus adalah armada jip dan truk.

Investigator Senior Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Achmad Wildan, mengatakan dari temuan KNKT terdapat pola yang sama setiap kali ada peristiwa kecelakaan yang diakibatkan oleh rem blong.

“Adanya pola yang sama pada tiap temuan kejadian, yaitu penggunaan gigi tinggi, berakhir di gigi netral, dan kecepatan sangat tinggi, temuan tersebut meninggalkan teka-teki yang dapat dijadikan petunjuk,” ucap Wildan, Senin (5/12/2022) dalam sebuah Webinar ‘Fenomena Rem Blong dan Fakta Kecelakaan Bus & Truk’ di ITS.

Dia mengatakan dari temuan tersebut mengindikasikan ada kesalahan prosedur dalam melewati jalan menurun.

Baca juga: Pengawasan Jam Kerja Sopir Bus Pariwisata Perlu Ditingkatkan

Diduga oleng saat akan menyusul motor, sebua mini bus menghantam bus pariwisata di Jalan Raya Patengan - Rancabali Kampung Cigadog, Desa Alam Endah tepatnya di depan pintu masuk Wisata Awana Resort, pada Sabtu (3/12/2022). Kejadian tersebut sempat ramai di sosial media terutama Instagram.KOMPAS.COM/M. Elgana Mubarokah Diduga oleng saat akan menyusul motor, sebua mini bus menghantam bus pariwisata di Jalan Raya Patengan - Rancabali Kampung Cigadog, Desa Alam Endah tepatnya di depan pintu masuk Wisata Awana Resort, pada Sabtu (3/12/2022). Kejadian tersebut sempat ramai di sosial media terutama Instagram.

“Ini artinya, pengemudi tidak mengandalkan engine brake karena masih menggunakan gigi tinggi di jalan menurun, padahal seharusnya pengemudi memindahkan ke gigi dua atau satu sebelum melewati turunan,” ucap Wildan.

Jika dinalar, dia mengatakan pengemudi masih mempertahankan gigi tinggi dengan mengandalkan rem utama, dan baru akan memindahkan ke gigi rendah ketika dibutuhkan.

“Padahal untuk memasukkan ke gigi rendah, pada saat sudah dalam jalan menurun, kendaraan harus dibikin pelan, salah satu caranya dengan memainkan pedal rem utama, dan ketika direm kendaraan akan terus terdorong oleh gaya gravitasi bumi, jadi rem utama bekerja cukup berat,” ucap Wildan.

Baca juga: Ketepatan Evakuasi Kecelakaan Bus Pariwisata Masih Menjadi PR

Proses pengangkatan bangkai bus pariwisata yang masuk jurang sedang dilakukan tim derek Polresta Tasikmalaya di Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat sampai Sabtu (25/6/2022) malam.KOMPAS.COM/IRWAN NUGRAHA Proses pengangkatan bangkai bus pariwisata yang masuk jurang sedang dilakukan tim derek Polresta Tasikmalaya di Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat sampai Sabtu (25/6/2022) malam.

Kemungkinan, ketika rem bekerja cukup keras tersebut rem akan mengalami blong, pada kondisi tersebut laju kendaraan akan menjadi sulit terkontrol.

“Mungkin saja pada saat itu pengemudi berupaya memindahkan gigi ke level rendah, dimulai dengan menginjak pedal kopling, namun yang terjadi justru kendaraan melaju semakin kencang, ini menjawab kenapa posisi tuas transmisi bus atau truk berakhir dengan posisi netral dan dengan kecepatan tinggi,” ucap Wildan.

Jadi, seandainya saja pengemudi tertib dengan prosedur yang benar; memakai gigi rendah sebagai penahan laju kendaraan sebelum kendaraan memasuki jalan menurun, mungkin saja kecelakaan bisa terhindari.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau