JAKARTA, KOMPAS.com - Limbah baterai kendaraan listrik saat ini masih menjadi satu tantangan besar yang harus dihadapi dalam memasuki era elektrifikasi.
Tidak dapat dipungkiri, proses baterai kendaraan listrik sendiri saat ini sebenarnya dapat mencemari lingkungan.
Hal ini disampaikan oleh Direktur Utama Indonesia Battery Corporation (IBC) Toto Nugroho. Menurutnya, baterai sensitif terhadap penggunaan hal yang kurang ramah lingkungan, salah satunya dari sisi mining.
Baca juga: Kemenhub Prediksi Akan Terjadi Lonjakan Penjualan Kendaraan Listrik
"Itu semua harus menggunakan teknologi yang tidak mencemari lingkungan. Karena setiap baterai yang akan diproduksi itu akan dilacak. Ia sudah mengurangi, menggunakan energi, emisi seperti apa," ucap Toto di Jakarta Convention Center, Rabu (28/9/2022).
Toto menjelaskan, dari sisi mining, perlu ada standar internasional yang sudah harus diterapkan.
"Sedangkan dari aspek power yang digunakan, mereka harus menggunakan power entry itu minimal gas, ataupun yang renewable, yang EBT (energi terbarukan)," ucap Toto.
Sementara itu, Researcher for Advanced Materials Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wahyu Bambang Widayatno mengatakan bahwa perlu ada rantai riset yang harus dilakukan terkait baterai lithium, termasuk bagaimana mengolah sumber primer dan sekunder dari limbah baterai.
Baca juga: Datang ke IEMS 2022, Bisa Coba Langsung Kendaraan Listrik
"Sebenarnya tidak cuma limbah baterai, tapi limbah (industri) apapun, limbah elektronik, itu bisa dimanfaatkan untuk sirkulasi ekonomi," ucap Wahyu.
Ia mengatakan, saat ini memang belum bisa dihasilkan sel baterai yang sama persis dengan yang awal saat limbah digunakan.
"Tapi paling tidak, dari hasil pengolahan limbah itu nanti kita bisa memanfaatkan lagi untuk kebutuhan yang lain," ucap dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.