Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bandel Lawan Arah Saat Macet, Fortuner Dipaksa Jalan Mundur

Kompas.com - 14/04/2021, 12:31 WIB
Aprida Mega Nanda,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Sebuah rekaman yang memperlihatkan Toyota Fortuner melawan arah tengah viral di media sosial setelah diunggah oleh akun Dashcam Indonesia, Rabu (14/4/2021).

Dalam rekaman tersebut, terlihat SUV berwarna putih terpaksa mundur lantaran memaksa berkendara di lajur berlawanan hingga berhadapan dengan truk besar.

“Akibat tidak sabar menunggu, sudah tahu macet malah nge-blong. Ayo mundur,” ucap pria yang merekam video tersebut.

Baca juga: Maling Ini Coba Curi Komponen Mobil Sitaan Derek Dishub DKI

Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana mengatakan, aksi seperti ini memang kerap terjadi di luar daerah seperti jalur Pantura (pantai utara).

“Para pengemudinya sering mengabaikan faktor keselamatan, dengan pertimbangan ingin cepat atau cari yang lancar,” ucap Sony saat dihubungi Kompas.com belum lama ini.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Dashcam Indonesia (@dashcamindonesia)

Sony menambahkan, ketika di depan ada mobil yang berhenti atau macet, pengemudi harus berpikir positif, kemungkinan besar ada suatu atau hambatan, jadi lihat dulu kondisinya.

Apalagi jalan sempet seperti itu, lalu lintas ramai dan markanya tidak diperbolehkan untuk mendahului.

“Jadi tidak langsung banting setir ke kanan,” katanya.

Baca juga: Masih Bingung Urus SIM? Begini Bedanya Perpanjangan dan Bikin Baru

Menurut Sony, segala sesuatu yang dipaksakan dan tidak dipikirkan secara matang, potensi kecelakaannya bisa tinggi.

Ada beberapa perilaku yang patut dilakukan saat mengemudi jika ingin terhindar dari bahaya. Perlu diingatkan juga, bahwa melawan arus bukanlah hal yang beretika untuk dilakukan.

“Semua sudah diatur pada posisi dan jalurnya masing-masing demi keselamatan. Ketika melanggar, maka risiko kecelakaannya akan tinggi,” kata Sony.

Keselamatan

Semua sopir bus di Sumbar dites swab guna mendukung program New Normal. Terlihat bus NPM yang beroperasi di Sumbar- Semua sopir bus di Sumbar dites swab guna mendukung program New Normal. Terlihat bus NPM yang beroperasi di Sumbar

ada dua hal yang menyebabkan kelakuan pengemudi bus yang masih saja abai dengan keselamatan di jalan raya, yaitu waktu dan adrenalin.

“Pengemudi bus harus cepat sampai tujuan tepat waktu, ketika terlambat akan dikenakan sanksi potong honor,” ucap Sony kepada Kompas.com, Minggu (27/12/2020).

Karena dikejar waktu, pengemudi bus melakukan aksi seperti mengambil lajur lain, menyalip lewat bahu jalan, sampai ke provokatif. Sedangkan soal menghindari kantuk, mereka melakukan aksi yang bisa memompa adrenalin.

Direktur Pembinaan Keselamatan Kementerian Perhubungan, Ahmad Yani, berdialog dengan pengemudi bus antar-kota antar-provinsi (AKAP) saat melakukan ramp check menjelang Lebaran 2018.Dok. Dit Pembinaan Keselamatan Kemenhub Direktur Pembinaan Keselamatan Kementerian Perhubungan, Ahmad Yani, berdialog dengan pengemudi bus antar-kota antar-provinsi (AKAP) saat melakukan ramp check menjelang Lebaran 2018.

 

“Ketika mengemudi dengan aman atau santai dengan jarak jauh, akan membuat dirinya bosan. Akhirnya mereka melakukan akselerasi dan deselerasi yang kasar, ngebut, membuat bus oleng sampai melakukan aksi mepet depan,” kata Sony.

Sony mengatakan, dari dua alasan tadi, pengemudi bus jadi agresif dan cenderung ugal-ugalan di jalan. Bahaya yang akan mereka tanggung dikesampingkan karena belum ada batunya, masih saja dilakukan.

“Sopir sehebat apapun enggak akan bisa baik di jalan kalau kondisinya dikejar-kejar ritase atau waktu. Agar aman di jalan, satu-satunya cara yang bisa dilakukan pengendara lain adalah menghindar dari mereka,” ucapnya.

Akhirnya, bukan persoalan siapa menang atau kalah di jalanan. Lebih baik cari selamat daripada harus berurusan atau kecelakaan dengan kendaraan-kendaraan besar seperti bus atau juga truk.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com