Jakarta, KOMPAS.com - Tidak perlu waktu lama bagi saya untuk mempertimbangkan pinangan membantu penyelenggaraan gelaran balapan Jakarta E-Prix, dalam rangkaian seri balapan dunia FIA Formula E Championship musim ini, tepatnya 5-6 Juni 2020.
Setelah FIM Wolrd Motorcross Championship alias MXGP yang akan memasuki tahun ke-3, serta MotoGP Mandalika di 2021 yang sudah terlebih dahulu memberikan konfirmasi penyelenggaraannya, Formula E di Jakarta ini menambah semangat dan gairah para insan motorsport.
Baca juga: Daftar Merek Mobil yang Harga Bekasnya Jatuh
Sudah lama kita tidak menyelenggarakan balapan roda 4 kelas dunia dan terakhir kali A1 GP diadakan di Sirkuit Sentul pada 2007, atau bila kita anggap GP2 Asia series masuk kategori ini maka 2008 adalah moment terakhir Indonesia diberikan kepercayaan menyelenggarakan balapan formula atau open wheller.
Format balapan sirkuit jalan raya (Street Circuit) adalah racikan paling tepat saat ini untuk diselengarakan di Indonesia seperti yang pernah saya ungkapan di tulisan sebelumnya.
Sungguh sedih bila kita membiarkan local hero kelas dunia seperti Ananda Mikola, Rio Haryanto dan Sean Gelael jika tidak bisa diteruskan oleh generasi setelahnya.
Belum terlihat kemunculan bibit-bibit baru atau pebalap berpotensi setelah Sean Gelael, gap-nya cukup jauh dan itulah mengapa saya cukup antusias untuk terlibat dalam peyelenggaraan Jakarta E-Prix. Sebab, ini adalah awal dari kebangkitan kembali motorsport di Indonesia.
Baca juga: Lawan Honda HR-V, Harga Kia Seltos di Bawah Rp 300 Juta
Bila Indonesia semakin dipercaya untuk menjadi tuan rumah balapan level dunia maka geliat ajang motorsport menjadi meningkat dan itu memicu regenerasi.
Bahkan jika sponsor melihat ternyata gairah motorsport di Indonesia cukup memberikan impak kepada bisnis, maka dengan cermat mereka akan melakukan investasi di bidang motorsport. Apalagi jumlah penduduk kita yang besar sangat cukup untuk dijadikan target market utama.
Roda 2
Kita mulai saja dengan berandai-andai principal roda 2 di Indonesia bersedia mendukung dengan membangun sirkuit untuk motor di berbagai area di Indonesia, dengan biaya marketing yang diimbangi dengan fasilitas kemudahan dari pemerintah, tidak hanya sekitar Jakarta, tetapi di Surabaya, Bandung, Solo, Jogjakarta, serta beberapa kota di Sumatera, Sulawesi atau Kalimantan, bahkan Bali, maka seri kompetisi tahunan akan terjadi dan impaknya tentu sirkuit tersebut bisa dipakai untuk ajang Go-Kart.
Karting merupakan dasar dari balapan Formula dan talenta pebalap di Roda 2 dan Roda 4 makin berpotensi untuk muncul karena iklim kompetisi yang rutin dan sehat akan terjadi.
Sebelum kita semua menyaksikan balapan Jakarta E-Prix secara langsung di Sirkuit Monas nanti, wajib kita ketahui apa saja yang membuat balapan ini menjadi menarik untuk diikuti.
Jangan membayangkan bahwa balapan ini adalah balapan dengan suara berdesibel tinggi yang menderu khas balapan motorsport lainnya, karena energi listrik dari baterai yang menjadi sumber tanaganya, seperti kita mendengar suara mesin bor saja.
Sirkuitnya pun tidak sepanjang sirkuit permanen ala F1, minimal panjang sirkuit adalah 1.9 km dan maksimal 3.4 km belum termasuk toleransi. Format balapan adalah one day race city circuit mulai dari latihan, kualifikasi (termasuk super pole) dan balapnya yang memakai format 45 menit +1 lap.
Filosofi
Begitu juga filosofi balapannya yang sedikit berbeda, jangan dibayangkan ini adalah balapan dengan mengandalakan performa kendaraan sebagai senjata utama.
Level balapan F1 pun punya batasan misal kapasitas tangki bahan bakar adalah 110 kg dengan debit aliran bahan bakar menuju ruang bakar maksimal adalah 100 kg per jam.
Meskipun batasan itu tidak sepenuhnya berpengaruh kepada performa dan kecepatan kendaraan karena ada efek aerodinamika, yang mempengaruhi waktu yang lebih singkat dalam mengambil tikungan.
Di Formula E kapasitas baterai menjadi handycap utama, sehingga saya menyebut balapan ini adalah balapan ketahanan baterai daripada menyebut sebagai balapan performance.
Mengandalkan lebar sirkuit rata-rata 12 meter, strategi penggunaan baterai untuk mempertahankan posisi, menyusul, melibas tikungan, strategi pengereman akan berbeda dengan balapan F1. Makanya tidak jarang eks pebalap F1 bisa sukses di balapan Formula E ini.
Apabila pebalap melakukan hard braking sebelum masuk tikungan, bisa dipastikan akan menguras tenaga baterai pada saat fast out atau memacu kendaraan ketika keluar tikungan.
Jadi, carrying speed di tikungan sangat membantu pemanfaatan energi baterai secara efektif. Begitu juga saat balapan akan banyak terjadi overtaking saat pebalap harus menghemat energy dan hanya bisa melakukan defend. Sementara pebalap lain punya strategi dengan waktu yang pas untuk melakukan overtaking.
Kesalahan kecil dalam perhitungan energi baterai akan berakibat fatal pada hasil balapan. Contohnya tim Nissan E-DAMS yang pernah melakukan kesalahan. Mereka menganggap kejadian tersebut sebagai kesalahan software dalam menghitung jumlah energi saat berlaga Mexico E-prix 2019.
Alhasil duo pebalap, Oliver Rowland dan Sebastian Buemi yang saat itu berada di posisi 3 dan 4 harus merelakan diri untuk menjadi yang ke 20 dan 21 dari 22 pebalap hanya dalam 1 lap terakhir.
Tentu saja ada tambahan gimmick dalam Formula E yang penuh strategi ini agar balapan semakin seru ala DRS (Drag Reduction System) di F1 yaitu attack mode. Artinya pebalap bisa mendapatkan tambahan tenaga bila melewati area attack mode zone yang posisinya sedikit tidak menguntungkan karena bukan di racing line.
Namun tambahan tenaga 25 kW ini bila dimanfaatkan dengan benar dan di waktu yang tepat, berdampak pada perbaikan posisi dan value akhir lebih besar dibanding kerugian yang didapatkan saat mengambil mode ini.
Interaksi
Interaksi dalam Formula E ini patut diacungi jempol misalkan fans boost. Para fans bebas diberi kesempatan memberikan voting, 6 hari sebelum balapan dimulai sampai 15 menit setelah start kepada pembalap favoritnya dan 5 besar dari voting ini akan mendapatkan tenaga ekstra yang bisa dipakai selama balapan dengan aturan tertentu.
Nilai interaksi ini menjadi kata kunci kegiatan kegiatan di luar balapan itu sendiri yang berhubungan dengan sustainability (program berkelanjutan) yang bisa dimanfaatkan oleh promotor lokal. Tentunya untuk melakukan kampanye dan menjadikan keadaan kota menjadi lebih baik.
Selain dari sisi penyelenggaraan, modifikasi kendaraan yang mengedepankan teknologi masa depan, penggunaan material non PVC untuk semua signage di trek dengan tujuan menekan penggunaan plastik dan menurunkan sampah non recycle juga perhitungan carbon footprint melalui life cycle assessment (LCA).
Berapa karbon yang dihasilkan dalam penyelenggaraan seluruh kota di dunia akan dipantau sehingga semua kota berlomba lomba untuk menurunkan nilai emisi karbon yang dihasilkan.
Begitu juga kota penyelenggara didorong untuk memberikan peran aktif kepada para pegiat atau komunitas.
Tidak hanya komunitas otomotif dan lingkungan, tetapi juga komunitas lain seperti sepeda, lari, pengguna kendaraan listrik dan lain-lain yang bisa mendorong terciptanya lingkungan kota yang lebih sehat.
Belum lagi kegiatan bersama Formula E #beatairpollution yang dinisiasi badan dunia, United Nation Environment Programme, yang sudah merambah di seluruh penjuru kota dunia diluar host Formula E.
Beruntunglah Jakarta yang sudah mulai memperbaiki moda transportasi massal dengan memiliki MRT, LRT serta TransJakarta.
Salah satu transformasi yang diharapkan terjadi saat penyelenggaraan Formula E Jakarta E-Prix nanti adalah tidak adanya kendaraan bermotor bakar (bahan bakar fosil) yang aktif di sekitar area selain kendaraan listrik dan juga penggunaan moda transportasi umum.
Semua penonton diharapkan hadir ke sirkuit Monas dengan menggunakan transportasi umum melalui backbone MRT. TransJakarta pun diharapkan sudah memiliki bus listrik untuk mengakomodir transportasi point to point karena di luar penyelenggaraan balapan di Monas.
Jakarta Speed Eco Festival juga merupakan kegiatan besar sebagai pesta rakyat penyokong Jakarta E-Prix dan saat hari H nanti akan mengambil lokasi di sekitar Thamrin serta Lapangan Banteng.
Dorongan penggunaan transportasi massal ini adalah salah satu yang diharapkan terjadi lagi setelah event usai dilaksanakan dan penyelenggara transportasi massal ini akan banyak belajar dalam hal pelayanan yang baik kepada pemakai dalam jumlah yang besar.
Sekali lagi, itu salah satu program keberlanjutan yang diharapkan tercipta.
Pertanyaannya, akankah kita melakukan pembiaran sesuatu yang mempunyai impak baik untuk lingkungan kita sekarang dan untuk masa depan?
Saya akan terus mendukung penyelenggaraan kegiatan yang baik ini untuk masa depan Jakarta dan Indonesia. Kuy!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.