Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PLN Juga Akan Produksi Baterai Kendaraan Listrik

Kompas.com - 05/12/2019, 12:39 WIB
Donny Dwisatryo Priyantoro,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

A

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) tidak hanya menghadirkan charging station di beberapa titik di Indonesia.

PLN menyebutkan akan masuk juga ke industri hulunya dengan memproduksi baterai. Namun, baterai ini diklaim akan memiliki teknologi yang berbeda dari baterai pada umumnya.

Vice President of Technology Development and Standarization PLN Zainal Arifin, mengatakan, PLN punya planning mau produksi baterai. Tapi, skemanya agak berbeda, teknologinya juga agak berbeda.

Baca juga: PLN Mulai Komersialisasi SPKLU di 2020

"Kami belum bisa publish, karena masih ada negosiasi dengan para pemilik patennya," ujar Zainal, di sela-sela diskusi bertajuk Economic Outlook: Kesiapan Industri Otomotif Menuju Era 4.0", yang digelar oleh IDX Channel, di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (4/12/2019).

Zainal menambahkan, jika PLN mengambil teknologi yang sekarang ini umum di market, pihaknya sudah ketinggalan jauh. Bahkan, dengan Pertamina saja PLN ada di belakang.

"Makanya, kami harus mengambil diferensiasi, mengambil teknologi yang belum banyak dieksplorasi, dan itu ada, tapi kami belum bisa publish," kata Zainal.

Mobil listrik Nissan Leaf di Karawang, Jawa Barat. Mobil listrik Nissan Leaf di Karawang, Jawa Barat.

Zainal mengklaim, ke depannya, kunci dari semua yang digital ada di baterai. Siapa yang menguasai baterai, maka akan strategis sekali menurutnya. Zainal mencontohkan pabrikan besar sekelas Tesla, masih mengambil baterai dari Panasonic.

"Hanya beberapa pemain baterai yang ada. LG Chemical, Panasonic, BYD, dan mereka tambangnya ada di negara lain. Sementara, kita ini beruntung, kita punya nikel yang bagus, yang bisa diekstrak lithium dan kobaltnya," ujar Zainal.

Baca juga: Janji PLN, Elektrifikasi Kendaraan Tidak Bikin Polusi Tambahan

Meski begitu, menurut Zainal, tantangannya di Morowali itu masih ada isu lingkungan. Selain itu, teknologinya ini masih relatif baru. Jadi, investasinya besar dan kemungkinan gagalnya juga besar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau