Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenali Bahaya Mengemudi di Belakang Truk

Kompas.com - 04/10/2019, 08:02 WIB
Donny Dwisatryo Priyantoro,
Aditya Maulana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tak sedikit pengemudi yang melewati jalan tol melakukan slipstream di belakang kendaraan yang besar seperti truk. Padahal, langkah ini dinilai sangat berbahaya.

Istilah slipstream sendiri merupakan teknik yang digunakan di dunia balap. Teknik ini memanfaatkan kendaraan yang ada di depan untuk menahan terpaan angin.

Baca juga: Cara Hindari Terlibat Kecelakaan dengan Truk atau Bus

Selain efisiensi bahan bakar, manfaat lain yang didapat dari teknik ini, yaitu laju kendaraan tidak terasa berat. Sebab, tidak tertahan oleh angin.

Ilustrasi slipstream di belakang trukcnet.com Ilustrasi slipstream di belakang truk

Meski memiliki keuntungan, tetapi teknik ini sangat tidak dianjurkan untuk dilakukan di jalan tol.

Seperti dijelaskan Jusri Pulubuhu, Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC). Dia mengatakan, cara seperti itu merupakan tindakan yang paling bodoh untuk dilakukan.

Kemacetan panjang terjadi saat pemberlakuan contraflow di KM 91 Tol Cipularang, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (3/9/2019). Pemberlakuan contraflow tersebut diberlakukan selama proses olah TKP kecelakaan beruntun di KM 91 oleh petugas berwenang.ANTARA FOTO/RAISAN AL FARISI Kemacetan panjang terjadi saat pemberlakuan contraflow di KM 91 Tol Cipularang, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (3/9/2019). Pemberlakuan contraflow tersebut diberlakukan selama proses olah TKP kecelakaan beruntun di KM 91 oleh petugas berwenang.

"Slipstream di jalan tol memiliki risiko yang sangat tinggi terjadinya kecelakaan. Sebab, jarak aman antara kendaraan jadi terabaikan," ujar Jusri, saat dihubungi Kompas.com, belum lama ini.

Baca juga: Banyak Sopir Nekat, Menghentikan Laju Truk Tidak Bisa Sembarangan

Jusri menambahkan, potensi kecelakaan beruntun juga meningkat. Sebab, kurangnya ruang atau waktu untuk bereaksi atau bermanuver saat kendaraan di depan mengerem secara mendadak.

Petugas Traffic Accident Analysis (TAA) Polda Jabar melakukan olah tkp kecelakaan beruntun di KM 91 Tol Cipularang, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (3/9/2019). Olah tkp tersebut dilakukan untuk mengetahui penyebab kecelakaan beruntun yang melibatkan 21 kendaraan dan menyebabkan delapan orang tewas pada Senin (2/9/2019). ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/aww.ANTARA FOTO/RAISAN AL FARISI Petugas Traffic Accident Analysis (TAA) Polda Jabar melakukan olah tkp kecelakaan beruntun di KM 91 Tol Cipularang, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (3/9/2019). Olah tkp tersebut dilakukan untuk mengetahui penyebab kecelakaan beruntun yang melibatkan 21 kendaraan dan menyebabkan delapan orang tewas pada Senin (2/9/2019). ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/aww.

Saat kendaraan yang ada di depan melakukan pengereman mendadak dan kendaraan di belakangnya tidak bisa menghindar, tentu bisa terjadi kecelakaan beruntun. Lebih parahnya lagi, jika yang ada di tengah-tengah merupakan mobil penumpang yang diapit oleh kendaraan besar.

Baca juga: Cara Lain Tingkatkan Produktivitas Truk Selain ODOL

"Jika tujuannya adalah untuk menghemat konsumsi bahan bakar, sebaiknya gunakan teknik eco-driving atau perhatikan batas kecepatan minimum dan maksimum," kata Jusri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau