Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Lain Tingkatkan Produktivitas Truk Selain ODOL

Kompas.com - 03/10/2019, 14:22 WIB
Gilang Satria,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Truk ODOL atau Over Dimension and Overload terjadi karena alibi operator atau perusahaan ingin meningkatkan produktivitas. Namun cara yang dilakukan yaitu dengan menambah dimensi dan kapasitas truk.

Ernando Demily, Presiden Direktur PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI), mengatakan, sayangnya cara yang populer itu berbahaya dan merugikan. Padahal selain ODOL ada cara lain untuk meningkatkan produktivitas.

Baca juga: Pengusaha Minta Pemerintah Konsisten Tertibkan Truk ODOL

"Salah satunya yaitu konektivitas lebih banyak dengan jalan tol. Jika konektivitasnya makin banyak maka ritasi (jumlah ketujuan) makin banyak, dan beban logistik bisa ditekan," kata Ernando di Jakarta, Kamis (3/10/2019).

Truk yang sebabkan tabrakan beruntun di Cipularang pernah terjaring operasi ODOL Truk yang sebabkan tabrakan beruntun di Cipularang pernah terjaring operasi ODOL

Memang jumlah ritasi akan berpengaruh pada jumlah pembelian bahan bakar yang yang bermuara pada ongkos. Karena itu, kaat Ernando, untuk menekan hal tersebut, maka harus meningkatkan fuel consumption.

Baca juga: Dampak Positif dari Penertiban Truk ODOL

"Jadi hari ini sistem penggajian yang dilakukan teman-teman pengemudi itu sebetulnya tidak terlalu mempertimbangkan itu. Bagaimana mencari produktivitas secara maksimal di luar ODOL itu," katanya.

Sisi Produsen
Emily mengatakan, dari sisi produsen truk, Isuzu sebetulnya berharap truk-truk di jalan bisa mengikuti peraturan yang ada. Sehingga ke depan tidak ada lagi kecelakaan maut akibat truk ODOL.

"Hal ini hanya bisa diselesaikan dengan keterlibatan aktif, kita tidak bisa hanya minta tolong kepolisian membereskan masalah ini, pasti tidak cukup apalagi sampai pelosok-pelosok. Jadi semua pihak harus terlibat," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com