Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Bisa Isi Pasar Otomotif Australia, Siapa yang Siap?

Kompas.com - 30/09/2019, 10:24 WIB
Ruly Kurniawan,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kesepakatan kerja sama Indonesia dan Australia yang dinyatakan lewat Comprehensive Economic Partnership ( IA-CEPA) membuka berbagai peluang, tak terkecuali sektor otomotif. Yakni, mobil rakitan Indonesia berkemungkinan untuk mengisi pasar Australia.

Setelah industri otomotif di Australia ditutup karena dianggap tak menguntungkan buat produsen mobil, untuk memenuhi kebutuhannya Australia mengandalkan impor dari beberapa negara. Seperti, Thailand, Jepang, China, dan India.

Melalui IA-CEPA, Indonesia punya peluang untuk ikut mengisi pasar mobil Australia karena bea masuk impor seluruh pos tarif Australia dari Indonesia menjadi nol persen. Lantas, siapa yang sudah siap untuk menjajakinya?

Baca juga: Perjanjian IA-CEPA Diproyeksi Genjot Ekspor Mobil Listrik

Mobil-mobil produksi PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, saat tiba di dermaga Car Terminal,  Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (10/6/2015). Mobil-mobil ini akan diekspor ke sejumlah negara, antara lain di Timur Tengah.KOMPAS.com / RODERICK ADRIAN MOZES Mobil-mobil produksi PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, saat tiba di dermaga Car Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (10/6/2015). Mobil-mobil ini akan diekspor ke sejumlah negara, antara lain di Timur Tengah.

Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan Ditjen ILMATE Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika mengatakan, ada beberapa produsen otomotif dalam negeri yang sedang melakukan berbagai kajian untuk bisa ke sana. Potensi mereka pun disebut sangat besar, salah satunya ialah Wuling.

"Sebenarnya ini sedang dibincangkan. Tetapi setelah Wuling ekspor kendaraannya dengan merek Chevrolet Captiva ke beberapa negara, ini sangat potensial untuk juga masuk ke Australia. Sebab, nama General Motors (GM) besar sekali di sana, jaringannya pun masih ada," kata Putu saat ditemui di Jakarta, Sabtu (28/9/2019).

Ia juga menjelaskan bahwa Menteri Perindustrian Airlangga Hartato sudah berbincang dengan pihak Wuling Motors. Mereka meminta sedikit waktu untuk melakukan diskusi lebih lanjut dengan prinsipalnya.

Baca juga: Menperin: Ekspor Wuling Almaz Jadi Captiva Bukti TKDN Bukan Halangan

Wuling Almaz yang diekspor dalam merek Chevrolet Captiva Foto: Agoes Gepeka Wuling Almaz yang diekspor dalam merek Chevrolet Captiva

Selain itu, Toyota juga disebut sedang menjalani beragam studi agar bisa menjajaki pasar Australia. Walau tidak dikatakan secara detail, tetapi produsen raksasa asal Jepang itu telah berkomitmen.

"Toyota sudah berkomitmen sekitar Rp 28 triliun," ucap Putu.

Sementara produsen otomotif yang sudah pasti untuk masuk ke pasar Australia menurut Putu adalah Hyundai. Bahkan, merek mobil dari Korea Selatan tersebut akan langsung masuk ke kendaraan listrik.

Ilustrasi Hyundai Ilustrasi Hyundai

"Ke depan akan ada investasi baru dan sudah berkomitmen untuk ekspor hingga 50 persen dari total produksinya. Bahkan, mereka langsung masuk ke electrified vehicle (EV), itulah yang paling siap," katanya.

Pada kesempatan terpisah, Mitsubishi pun punya rencana besar untuk melebarkan sayap hingga ke luar Asia Tenggara. Optimisme tersebut muncul setelah Mitsubishi Xpander sukses berdiri tegak di pasar domestik dan ekspor, terutama Vietnam.

Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), ekspor Xpander (Januari-Juli 2019) ke Vietnam meningkat dari 2.290 unit menjadi 8.318 unit.

Baca juga: Ekspor Mobil dari Indonesia Masih Bisa Ditingkatkan

Mitsubishi Motors Phillipines Corporation (MMPC) resmi mengumumkan kedatangan Xpander di Bauan International Port, Inc, Batangas, Filipina, Selasa (22/5/2018). 
Dok. MMKSI Mitsubishi Motors Phillipines Corporation (MMPC) resmi mengumumkan kedatangan Xpander di Bauan International Port, Inc, Batangas, Filipina, Selasa (22/5/2018).

Kendala dan Potensi Ekspor ke Australia

Kendala besar untuk melakukan ekspor ke Australia ialah terkait selera atau preferensi pilihan mobil dan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang harus mencapai 35 persen.

Terlebih, mobil ramah lingkungan atau listrik jadi pilihan utama orang Australia. Maka kecil kemungkinan untuk mobil berbahan bakar fosil bisa masuk.

Bila melihat potensinya, tiap tahun pasar otomotif roda empat di Australia bisa menyerap hingga 1,1 juta unit.

Walau hanya mengandalkan impor, volume pasarnya tidak bergeser jauh , paling tidak dalam lima tahun belakangan. Permintaan tertinggi terjadi pada 2016, yakni 1,17 juta unit.

Baca juga: Indonesia Harus Curi Pasar Otomotif Australia

Kementerian Perdagangan memaparkan poin-poin penting dalam perjanjian Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) di kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Jumat (7/9/2018). KOMPAS.com/AMBARANIE NADIA Kementerian Perdagangan memaparkan poin-poin penting dalam perjanjian Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) di kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Jumat (7/9/2018).

Dari total pasar tersebut, sekitar 70 persen komposisinya diisi mobil penumpang, dan sisanya komersial. Merek mobil paling laris di Australia antara lain Mazda 3, Toyota Corolla, Camry, Holden, Toyota RAV 4, dan Hyundai i30. Kemudian dari SUV ada Toyota Hilux, Ford Ranger, serta Isuzu D Max.

Lebih jauh, wajah pasar otomotif Australia makin menunjukkan bahwa kondisinya nyaris kembar dengan Indonesia.

Dari sisi merek, Toyota mendominasi penjualan selama lima tahun belakangan dengan rata-rata penjualan mencapai 200.000 unit per tahun atau 17,5 persen market share.

Sedangkan posisi kedua diisi oleh Mazda, setelah menggeser GM imbas disuntik matinya produksi Holden. Untuk Hyundai sendiri, tiap tahunnya mampu mencetak penjualan sampai 100.000 unit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com