JAKARTA, KOMPAS.com - Kecelakaan maut kembali terjadi di Tol Purbaleunyi, tepatnya pada KM 91 arah Jakarta, Senin (2/9/2019). Kecelakaan beruntun itu melibatkan 21 kendaraan yang menewaskan delapan orang.
Kecelakaan di ruas tol yang sering disebut Tol Cipuralang ini bukan kali pertama terjadi. Sebelumnya tercatat beberapa kali kecelakaan maut terjadi di ruas Km 90 hingga Km 100 di jalan tol ini.
Baca juga: Kecelakaan Tol Cipularang, Ingat Pentingnya Jaga Jarak Aman
Salah satu persepsi seringnya terjadi kecelakaan di area ini karena hal mistis. Namun dalam rekam catatan Kompas.com, penjelasan logis untuk hal ini terjadi karena tipografi jalan berkelok dan menurun.
Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabag Penum) Divisi Humas Polri, Kombes Martinus Sitompul mengatakan, bahwa area tersebut terutama di kilometer 97 memang rawan kecelakaan.
Oleh karena itu kata Martinus, Kementerian Pekerjaan Umum (PU), Jasa Marga, Kepolisian, dan sejumlah pakar pernah melakukan evaluasi dan penelitian di kilometer 90 sampai 100.
Baca juga: Efek Macet Kecelakaan Tol Cipularang, Simak Jalur Alternatif
"Kalau dilihat dari hasil kajian ilmiah kilometer 90-100 secara keseluruhan, pengguna kendaraan memang harus ekstra hati-hati saat melewati jalur tersebut. Kondisi jalanan menurun dengan belokan dan kontur angin membuat pengendara harus lebih hati-hati," kata Martinus seperti dimuat Kompas.com, Selasa (2/12/2014) silam.
Jusri Pulubuhu, Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), menyebutkan bila kondisi jalan di Cipularang pada Km 90 sampai Km 100 memang cenderung rawan.
Hal itu dia simpulkan setelah mengadakan investigasi kecil-kecilan setelah kematian istri pedangdut Saipul Jamil di lokasi tidak jauh dari situ pada beberapa tahun lalu.
"Dari hasil investigasi saya bersama tim lima tahun lalu sangat banyak human error, jadi jangan dikaitkan dengan mistis, tapi meski memang di sana sangat kental," katanya kepada Kompas.com, Selasa (2/9/2019).
Baca juga: Kecelakaan di Cipularang, antara Human Error dan Bahaya Laten
Jusri mengatakan ada dua faktor dalam kecelakaan yaitu faktor utama yaitu manusia dan faktor kontributor yang dalam hal ini mengarah pada kondisi lingkungan di lokasi kejadian.
Catatan Kompas.com, pakar transportasi Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof Ofyar Z Tamin, mengatakan bahwa trek jalan yang mulai menurun dari kilometer 100 dan ditambah beban massa dari kendaraan membuat laju kendaraan bertambah cepat.
Saat kondisi seperti ini, pengemudi seharusnya meningkatkan kewaspadaan, dan bisa memaksimalkan transmisi untuk mendapatkan efek engine brake.
Baca juga: Jangan Biasakan Kepo Melihat Kecelakaan di Tol
"Saat mendesain dan membangun jalan ada yang disebut kecepatan rencana. Artinya, kendaraan akan aman jika melaju baik saat memasuki tikungan atau jalan menurun berada di bawah kecepatan rencana," ujar Tamin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.