JAKARTA, KOMPAS.com - Perpres No.55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai untuk Transportasi Jalan, akan menjadi acuan pengembangan mobil listrik di Indonesia.
Mobil listrik mendapat insentif dan keringanan pajak, terlebih jika dirakit lokal dengan tingkat komponen lokal sebesar 35 persen. Namun sebelum ada Perpres, mobil listrik murni berstatus CBU ternyata sudah mendapat keringanan pajak.
Rudy Salim, Presiden Direktur Prestige Image Motorcars, importir umum yang memasukkan mobil listrik Tesla pada 2018, mengatakan, sejak diimpor Tesla memang tidak dibebankan PPnBM (Pajak Penjualan atas Barang Mewah).
Baca juga: Ini Dia Skuad Mobil Listrik Toyota
"Untuk Tesla karena full electric, memang dari dulu tidak dikenakan PPnBM alias 0 persen," kata Rudi yang dihubungi belum lama ini, di Jakarta.
Kendati tidak dikenakan PPnBM, namun lanjut Rudy, masih dikenakan sejumlah pajak, seperti PIB (Pemberitahuan Impor Barang) sebesar 50 persen, PPN (Pajak Pertambahan Nilai) 10 persen dan PPH (Pajak Penghasilan) 10 persen.
Lantas ketika mobil listrik asal Amerika Serikat tersebut tiba di Indonesia dan mau digunakan di jalan raya, maka akan dikenakan lagi BBNKB atau Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor sekitar 11 persen.
Baca juga: Daihatsu Masih Tutup Mulut soal MPV Hybrid Murah
"Hal ini yang tetap membuat harga mobil mencapai dua kali lipat dari negara asalnya. Sehingga untuk Tesla Model S dan Model X harganya masih di atas Rp 2 miliar," ucap Rudy.
Bakal Turun
Adapun beberapa insentif fiskal yang diatur Perpres No.55 Tahun 2019 antara lain, insentif bea masuk impor, insentif PPnBM, insentif pembiayaan ekspor, serta insentif superdeduction tax untuk kegiatan vokasi dan penelitian di industri kendaraan listrik berbasis baterai.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto optimistis berbagai insentif fiskal yang diberikan pemerintah dapat membuat harga kendaraan listrik makin bersaing dengan mobil biasa berbasis bahan bakar minyak (BBM).
“Kalau sekarang beda harganya sekitar 40 persen. Dengan kebijakan itu (insentif) maka bisa menjadi sekitar 10 persen-15 persen dari mobil combustion engine (mobil bermesin pembakar),” ucap Airlangga, Kamis (15/8/2019).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.