Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ingat, Mobil Murah Dilarang Konsumsi BBM Premium dan Pertalite

Kompas.com - 20/08/2019, 06:42 WIB
Aditya Maulana

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) mengatakan, bahan bakar berkualitas rendah seperti Premium 88, Solar, Dexlite, dan Pertalite 90, ikut menyumbangkan tingginya polusi udara di DKI Jakarta, melalui emisi gas buang kendaraan bermotor.

Oleh sebab itu, Ahmad Safrudin, Direktur Eksekutif KPBB menyarankan agar pemerintah menghentikan produksi dan penjualan keempat jenis bahan bakar minyak (BBM) itu.

Perlu diketahui, sejak regulasi low cost green car/LCGC alias mobil murah terbit pada 2013 sudah dijelaskan bahwa mobil yang masuk dalam kategori itu harus memenuhi spesifikasi BBM minimal Research Octane Number (RON) 92 atau setara Pertamax.

Baca juga: 4 Jenis BBM yang Harus Dihapus Pemerintah

Ketentuan itu juga tertuang dalam Peraturan Menteri (Permen) Perindustrian No. 33/M-IND/PER/7/2013, tentang Pengembangan Produksi Kendaraan Bermotor Roda Empat yang Hemat Energi dan Harga Terjangkau (PPKB).

Perihal aturan BBM minimal untuk LCGC bermesin bensin tertulis pada Pasal 2 ayat 2a. Aturan tentang penggunaan minimal BBM RON 92 juga tertulis dalam Peraturan Direktur Jendral Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi No. 25/IUBTT/PER/7/2013 tentang Petunjuk Teknis PPKB.

Sejumlah pengendara mengisi bahan bakar di SPBU Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (9/1/2017). PT Pertamina (Persero) langsung menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) mulai 5 Januari 2017. Revisi harga berlaku untuk jenis BBM non-subsidi dengan angka kenaikan sebesar Rp 300.KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG Sejumlah pengendara mengisi bahan bakar di SPBU Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (9/1/2017). PT Pertamina (Persero) langsung menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) mulai 5 Januari 2017. Revisi harga berlaku untuk jenis BBM non-subsidi dengan angka kenaikan sebesar Rp 300.

Ketentuan itu tertera pada Bab II TAHAPAN Nomor 3a dan wajib dipenuhi merek LCGC agar mendapat fasilitas keringanan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).

Sekarang ini, merek yang ikut program mobil murah itu seperti Daihatsu dengan Ayla dan Sigra, Datsun Go, dan GO+ Panca, Honda Brio Satya, Suzuki Karimun Wagon R, dan Toyota Agya dan Calya.

Baca juga: Dianggap Sumbang Polusi, Dishub DKI Jakarta Kaji Pembatasan Motor

Semua agen pemegang merek (APM) itu pun menyarankan pemilik mobil murah tetap menggunakan BBM RON 92. Alasan utamam, semua model LCGC dirancang menggunakan BBM dengan oktan lebih tinggi dari Premium dan Pertalite.

Toyota Agya di IIMS 2018KOMPAS.com / Aditya Maulana Toyota Agya di IIMS 2018

Tetapi, pada kenyataannya banyak di temukan pemilik mobil murah mengisi BBM jenis Premium dan Pertalite. Padahal efek jangka panjang bisa mempengaruhi atau menurunkan kinerja mesin.

Sapta Agung Nugraha, Service Head Auto2000 cabang Bekasi Barat, mesin mobil murah termasuk yang sudah Euro IV semestinya menggunakan BBM Research Octane Number (RON) di atas 95, untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Hal tersebut dikarenakan kompresi tinggi, yaitu 11:1, sehingga pembakaranya lebih sempurna.

Baca juga: Yamaha Imbau Konsumen Tidak Pakai BBM Premium dan Pertalite

"Sehingga dengan RON di atas 95 akan lebih mudah mendapatkan performa maksimal, lebih irit dan dalam jangka waktu panjang menghindari ruang bakar terjadi kerak karbon yang banyak," ujar Sapta kepada Kompas.com beberapa waktu lalu.

Suasana di bengkel resmi Auto2000 Toyota di Jalan Siliwangi, Bogor pada Minggu (31/12/2017). Bengkel Auto2000 di Bogor merupakan satu dari empat bengkel resmi Toyota yang tetap buka 24 jam selama musim liburan panjang Natal dan Tahun Baru, tepatnya dari 23 Desember 2017 hingga 1 Januari 2018.KompasOtomotif/Alsadad Rudi Suasana di bengkel resmi Auto2000 Toyota di Jalan Siliwangi, Bogor pada Minggu (31/12/2017). Bengkel Auto2000 di Bogor merupakan satu dari empat bengkel resmi Toyota yang tetap buka 24 jam selama musim liburan panjang Natal dan Tahun Baru, tepatnya dari 23 Desember 2017 hingga 1 Januari 2018.

Apabila dipaksa mengkonsumsi BBM jenis Premium dan Pertalite maka akan timbuk efek buruk pada sektor mesin, terutama buat jangka waktu yang panjang.

"Pembakaran menjadi kurang maksimal, dan jangka panjangnya bisa timbul kerak karbon yang lebih banyak, sehingga yang dirasakan mesin menjadi ngelitik (knocking) dan boros BBM," ucap Sapta lagi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau