Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER OTOMOTIF] Nama Esemka Muncul Lagi | Rumors Pedrosa Gantikan Zarco

Kompas.com - 15/08/2019, 06:02 WIB
Aditya Maulana

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Topik yang lagi hangat dalam beberapa hari ini, yaitu seputar merek mobil lokal, Esemka. Namanya muncul setelah satu pekan Presiden Joko Widodo (Jokowi) meneken Peraturan Presiden (Perpres) soal kendaraan listrik.

Hampir semua berita tentang Esemka menjadi perhatian masyarakat, karena penasaran apa rencananya dalam waktu dekat, dan lain sebagainya.

Informasi yang tak kalah penting, yaitu Dani Pedrosa angkat bicara mengenai rumors posisinya akan menggantikan Johann Zarco di KTM musim depan.

Penasaran seperti apa, berikut ini lima berita terpopuler di kanal Otomotif pada Rabu 14 Agustus 2019:

1. Benarkah Esemka Rebadge dari Mobil China?

- -

Selain menegaskan Esemka merupakan perusahaan swasta tanpa campur tangan Presiden Joko Widodo ( Jokowi), Eddy Wirajaya selaku Presiden Direktur PT Solo Manufaktur Kreasi (Esemka) juga membantah rumor yang mengatakan produknya merupakan rebadge dari mobil China.

Menurut Eddy, kabar tersebut tidak benar karena pabrik Esemka sendiri sudah memiliki ragam fasilitas untuk memproduksi mobil.

"Tidak, tidak benar itu (rebadge). Mobil yang ini kami produksi sendiri, tapi memang ada beberapa komponen yang masih kami impor. Komponen itu dikirim terurai dan kami rakit sendiri di pabrik," kata Eddy kepada beberapa media di Jakarta, Selasa (13/8/2019).

Seperti diketahui, beberapa waktu lalu saat pabrik Esemka selesai dibangun dan mulai ada aktiviatas, timbul rumor bahwa Esemka hanya mendatangkan mobil dari China dan mengganti emblemnya dengan Esemka.

Hal ini lantaran adanya beberapa model Esemka yang dari segi desain dan bentuk serupa dengan mobil-mobil asal China.

Baca juga: Benarkah Esemka Rebadge dari Mobil China?

2. Harga Pikap Esemka Akan Bersaing dengan Carry dan Granmax

- -

Esemka Bima 1.200 cc dan 1.300 cc akan meluncur dalam waktu dekat. Mobil berjenis pikap itu dipastikan dibandrol di bawah Rp 150 juta, dan jika melihat model rivalnya, yaitu Suzuki Carry dan Daihatsu Granmax.

"Pastinya sebagai pendataan baru, kita harus memberikan perbedaan yang signifikan agar orang bisa melirik produk kita. Angkanya ditunggu tanggal mainnya saja, akan di bawah Rp 150 juta," ujar Presiden Direktur PT Solo Manufactur Kreasi, Eddy Wirajaya.

Apabila benar dijual dengan nominal itu, maka persaingan dengan merek asal Jepang begitu ketat. Sebab, Carry dan Granmax juga punya banderol di bawah Rp 150 juta.

Merujuk ke situs resmi Suzuki, Carry dijual mulai Rp 135.600.000 (flat deck), hingga Rp 145.100.000 (wide-deck/ps). Sementara Granmax pikap paling murah Rp 132.900.000 dan termahal Rp 165.000.000.

Baca juga: Harga Pikap Esemka Akan Bersaing dengan Carry dan Granmax

3. Mengapa Esemka Selalu Menutup Diri?

Sosok pikap kabin ganda milik Esemka di pabrik Boyolali, Jawa Tengah.Fitri Oktarini/KOMPAS TV Sosok pikap kabin ganda milik Esemka di pabrik Boyolali, Jawa Tengah.

Meski sudah terendus sejak lama, tapi kejelasan soal kabar kehadiran Esemka sempat abu-abu. Bahkan saat Kompas.com mencoba menyambangi pabriknya di Boyolali, Jawa Tengah, pertengahan 2018 lalu, pihak PT Solo Manufaktur Kreasi, malah tidak merespons.

Situasi ini kemudian memicu rasa penasaran yang berimbas opini subyektif. Mulai dari yang beranggapan Esemka sebagai produk misterius sampai persepsi hanya sebagai kendaraan politik karena sempat muncul kembali ketika pemilu pilpres terakhir.

Menanggapi hal tersebut, Presiden Direktur PT Solo Manufaktur Kreasi Eddy Wirajaya, menjelaskan bila sikap terutup Esemka pada saat lalu tidak bermaksud untuk menghindar, melainkan memang sedang mempersiapkan menuju proses produksi.

Baca juga: Mengapa Esemka Selalu Menutup Diri?

4. Alasan Kenapa Istilah Mobil Nasional Tidak Cocok pada Esemka

Mobil Esemka berjenis pikap mulai di produksi Mobil Esemka berjenis pikap mulai di produksi

Esemka menolak disebut sebagai mobil nasional (mobnas) Indonesia. Pihak PT Solo Manufaktur Kreasi (Esemka) mengatakan, lebih cocok disebut mobil produksi Indonesia, ketimbang mobnas.

Eddy Wirajaya, Presiden Direktur PT Solo Manufaktur Kreasi (Esemka) mengatakan, status mobnas tidak tepat buat Esemka. Sebab Esemka merupakan perusahaan swasta yang bergerak di bidang pembuatan atau produksi mobil di Indonesia, tepatnya melalui pabrik yang berlokasi di Boyolali, Jawa Tengah.

"Kami bukan mobil nasional, tapi kami murni Indonesia. Kami produksi mobil di Indonesia dengan menggunakan tenaga dari Indonesia," ucap Eddy Wirajaya, Presiden Direktur PT Solo Manufaktur Kreasi (Esemka), di Jakarta, Selasa (13/8/2019).

Baca juga: Alasan Kenapa Istilah Mobil Nasional Tidak Cocok pada Esemka

5. Pedrosa Angkat Bicara Soal Gantikan Zarco

Dani Pedrosa mulai ikut kembangkan motor KTM.motogp.com Dani Pedrosa mulai ikut kembangkan motor KTM.

Adanya kabar mengenai Johann Zarco yang mundur dari KTM di akhir musim 2019, membuat nama Dani Pedrosa muncul sebagai kandidat pengganti. Mantan pebalap Repsol Honda yang kini pensiun itu pun akhirnya angkat bicara.

"Dalam situasi ini, pertama-tama saya sangat sedih untuk Johann. Dia sudah sampai sejauh ini, tapi jika Anda di poin seperti ini dan putus asa, mungkin tidak ada yang bisa dilakukan kecuali keluar," ujar Pedrosa, dikutip dari Motorsport.com.

Tepat setelah balapan di kandang KTM ( MotoGP Austria) bergulir, Zarco malah membuat keputusan mengejutkan dengan menyudahi kontraknya lebih awal. Sebab, kontrak Zarco dengan KTM baru habis di akhir 2020.

Baca juga: Pedrosa Angkat Bicara Soal Gantikan Zarco

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau