Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tips buat Sopir Pemula yang Bawa Mobil Transmisi Matik

Kompas.com - 11/06/2019, 13:02 WIB
Stanly Ravel,
Aditya Maulana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Peredaran mobil bertransmisi otomatis alias matik, saat ini sudah sangat populer. Tetapi tidak semua pengendara paham dalam mengoperasikan. Apalagi bagi pengemudi yang awalnya sudah terbiasa dengan transmisi manual, akan sulit menyesuaikan ketika membawa mobil transmisi matik.

Sebagai bukti, banyak kecelakaan yang terjadi akibat pengemudi yang salah atau tidak paham dalam mengendarai mobil transmisi otomatis. Contoh terakhir seperti kejadian Suzuki Ertiga masuk ke dalam sungai di Surabaya, kejadian itu diduga karena sopir kurang paham mengoperasikan mobil transmisi matik.

Menurut Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu, orang yang biasanya mengendarai mobil manual lalu pindah ke matik, tak ubahnya seperti orang yang baru bisa mengendarai mobil, terutama dalam tata cara pengoperasian.

Baca juga: Pakai Mobil Matik, Jangan Lupa Atur Persneling

"Perlu diketahui dulu masing-masing fungsinya, memang dari sisi kebiasaan sudah bisa mengendarai mobil tapi dari sisi pengoperasian dan teknisnya itu sangat beda jauh. Tidak bisa disamakan, contoh paling utama di mobil manual terbiasa menggunakan dua kaki, sementara di matik hanya satu kaki," ucap Jusri kepada Kompas.com, Selasa (11/6/2019).

Jusri menjelaskan biasanya orang yang baru mengendari mobil transmisi matik akan kaget, terutama di saat mobil akan berjalan. Sopir kaget bisa menimbulkan kepanikan, efek buruk dari kepanik itu akan membuat otak seseorang bekerja di luar kesadaran yang imbasnya melakukan hal-hal aneh.

Pola pengoperasian transmisi otomatis CVT 7-percepatan (kiri) pada tipe V dan transmisi manual 6-percepatan pada tipe GToyota Astra Motor Pola pengoperasian transmisi otomatis CVT 7-percepatan (kiri) pada tipe V dan transmisi manual 6-percepatan pada tipe G

 

Contoh seperti membanting setir, mengaktifkan dua kaki pada posisi kaki kiri di pedal rem, dan paling fatal menekan pedal gas sedalam-dalamnya yang membuat mobil terus melaju tanpa henti.

"Ini semua di luar kesadaran mereka, akibatnya karena panik tadi. Jadi saat pergerakan awal, pada mobil matik itu tanpa digas mobil kan sudah berjalan, saat si pengemudi baru ini menekas gas, otomatis mobil akan menyentak dan melaju kencang. Momen ini yang membuat pengemudi baru akan kaget dan panik," kata Jusri.

Baca juga: Simak, Ini 5 Kesalahan Pengendara Mobil Matik yang Kerap Dilakukan

Sementara urutan kedua yang jadi penyumbang kecelakaan pada mobil transmisi matik, khususnya bagi yang baru mengemudikan, yaitu ketika dihadapi situasi darurat. Seperti ada halangan atau mobil di depan yang membuat pengendara harus melakukan pengereman untuk menghentikan laju mobil atau menghindar.

Ilustrasi injakan pedal gas yang pengaruhi besaran angka rpm pada takometer.FMMOTORPARTS.com Ilustrasi injakan pedal gas yang pengaruhi besaran angka rpm pada takometer.

Selanjutnya, karena terbiasa dengan mobil manual yang selain pengereman bisa dibantu dengan menggunakan engine brake, maka pengemudi mobil matik akan panik ketika harus melakukan pengereman dengan jarak persisi dan waktu yang singkat untuk menghindari terjadinya tabrakan. Kondisi ini dijelaskan Jusri akibat pengendara belum memahami secara detail pengoperasian mobil transmisi matik.

"Mobil matik ada engine brake-nya, tapi dari sisi efeknya memang tidak sesignifikan mobil manual. Karena pengemudi tidak mengetahui bagaimana maka timbul kepanikan, sopir ini akan juga akan melakukan hal yang di luar prediksi, seperti menginjak rem sedalam-dalamnya atau bahakan salah justru menekan pedal gas," ucap Jusri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau