JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah telah memberlakukan kebijakan bahan bakar biodiesel B20 untuk kendaraan bermesin diesel tahun lalu. Penggunaan bahan bakar ini dilakukan untuk kendaraan non-Public Serive Obligation (non PSO) dan PSO.
Salah satu produsen kendaraan komersial, Hino, mengungkapkan pihaknya terus mendukung kebijakan pemerintah. Hino jadi salah satu mesin yang siap dengan B20 meski ada beberapa yang perlu diperhatikan oleh pemerintah.
“Kita support B20 dan kebijakan pemerintah. Cuma setelah sekian waktu penggunaannya masih ada beberapa yang perlu diperhatikan oleh pemerintah terkait kualitas bahan bakar tersebut,” ucap Direktur Penjualan dan Promosi HMSI, Santiko Wardoyo, saat ditemui Senin (11/2/2019).
Santiko mengungkapkan, salah satu yang perlu menjadi perhatian pemerintah adalah bagaimana melakukan pencampuran fatty acid methyl ester (FAME) dengan solar agar lebih baik lagi. Sebab ini bergantung pada kualitas bahan bakar yang merata di tiap daerah.
Baca juga: Mengaku Aman Tenggak B20, UD Trucks Bersiap dengan B30
Santiko juga mengingatkan dengan penggunaan bahan bakar B20 ini perhatian diberikan lebih kepada filter solar. Pencampuran FAME ini akan menimbulkan gel yang bisa menutup filter solar.
“Akibatnya tenaganya berkurang. Ini harus diganti dengan filter baru. Kira-kira bila menggunakan solar biasa bisa sampai 20.000 kilometer, pakai biodiesel bisa 10.000 kilometer ganti,” ucap Santiko.
Oleh karena itu Santiko berharap pemerintah terus melakukan pencampuran bahan bakar yang lebih baik. Ini akan berdampak positif pada konsumen kendaraan diesel di berbagai daerah di Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.