KOMPAS.com - Formula 1 masih berstatus ajang balapan mobil tertinggi di dunia, yang menjadi impian banyak pembalap muda. Ajang ini seharusnya juga mampu menjadi paket entertainment untuk semua pecinta balapan, dengan sajian utama aksi balap yang seru.
Sayang, nyatanya, Formula 1 sekarang ini, sering kali tidak menyajikan apa yang diinginkan oleh para penggemarnya. Bukan hanya dari jumlah overtaking yang menurun di 5 tahun terakhir. Tetapi juga aksi wheeltowheel yang kita sering saksikan sebelumnya berkurang secara drastis, sehingga sering membuat penonton kecewa.
Lantas, apakah yang menyebabkan balapan F1 kali ini jadi kurang greget?
Teknologi F1 pada 10 tahun terakhir mengalami kemajuan yang pesat. Bukan sekadar mesin atau power unit, namun juga dari sisi aerodinamika. Jika diperhatikan, wujud bodi mobil balap F1 saat ini berubah sama sekali, semakin banyak pernak-pernik aerodinamika melekat. Alasannya, para insinyur mencoba segala cara untuk meningkatkan downforce mobil.
Tiga bagian utama yang menghasilkan downforce di mobil F1 adalah sayap depan (front wing), sayap belakang (rearwing), dan underfloor/diffuser. Ketiga komponen tersebut mengandalkan perbedaan tekanan udara antara bagian bawah dan bagian atas sayap. Perbedaan tekanan itu dihasilkan oleh bentuk dari sayap.
Winglet
Plus, ada juga komponen pendukung lain yang bentuknya lebih kecil, biasa dipasang terutama di sayap depan. Tujuannya, untuk mengarahkan aliran udara ke komponen-komponen lain yang juga menghasilkan downforce. Komponen ini biasa dipasang di bagian depan mobil, di front wing misalnya. Sering diberi nama winglet.
Winglet ini bisa dikarakterisasikan dengan bentuk lengkungannya, untuk mengarakan aliran udara ketempat tertentu. Selain mengarahkan udara ke tempat tertentu, winglet ini juga punya fungsi lain yang lebih powerful.
Faktanya, komponen semacam ini juga digunakan di pesawat terbang. Di dunia penerbangan, winglet disebut Vortex Generators (VG), dan sering terlihat di sayap pesawat terbang. Fungsi utamanya adalah untuk meningkatkan kapasitas sayap untuk menghasilkan gaya angkat atau lift (kebalikan dari downforce).
Secara teknis winglet menghindari agar tidak terjadi fenomena stall, dimana sayap sudah tidak mampu lagi untuk menghasilkan gaya angkat, karena aliran udara sudah tidak lagi “menempel” dengan permukaan sayap.
Ketika aliran angin “menabrak” sebuah VG, aliran udara yang dihasilkan menjadi tidak teratur, namun aliran tersebut mempunyai energi turbulensi yang lebih besar dan pergerakan yang berputar-putar, layaknya sebuah Vortex. Sehingga, aliran udara ini dapat “mengajak” lapisan udara yang ada diatasnya untuk bisa menempel lebih lama dengan permukaan sayap dan meningkatkan kapasitas sayap tersebut.
Sama konsepnya ketika winglet menempel pada sayap depan atau sidepods mobil F1. Fungsinya, menjaga agar aliran udara menempel dengan bodymobil selama mungkin. Aliran udara itu kemudian dapat diarahkan ke komponen aerodinamis lain yang terletak di bagian belakang bodi.
Namun, penggunaan winglet juga ada dampaknya. Mobil yang punya downforce optimal, membuat aliran udara buangan dari bodi jadi tidak teratur, kerap disebut turbulent air.
Turbulent air terdiri dari outwashdan wake.Semua mobil balap F1 yang berkompetisi, dirancang untuk menghadapi aliran udara yang teratur, sehingga mampu memaksimalkan komponen aerodinamika yang ada pada bodinya.
Alhasil, jika sedang mengikuti mobil lain dari jarak dekat (kurang dari 1,5 detik), pebalap akan merasakan turbulent air yang dihasilkan oleh mobil depannya. Dampaknya, pembalap akan kekurangan grip dan mengalami understeer di tikungan.