Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Success Story CEO Asuransi Astra Buana Santosa

Diterima Jadi “Tukang Komputer” Sekarang CEO Asuransi Astra

Kompas.com - 02/02/2016, 10:16 WIB
Febri Ardani Saragih

Penulis

“Anda tahu itu buat beli apa? Hard disk sebesar 5 Gb,” kata Santosa.

Jangan bayangkan penyimpan data 5 Gb yang sekarang bisa masuk kantong celana. Dulu ukuran hard disk 5 Gb sebesar lemari. Pengoperasiannya juga rumit karena hard disk menggunakan bahan magnetik yang sangat rentan.

“5 juta dollar termasuk bikin back up system karena hard disk itu gampang drop. Jadi kalau kena getaran listrik tidak stabil bisa gores, data bisa hilang makanya harus di back up,” jelas Santosa.

Terjun lebih dalam

Karir Santosa terjun lebih dalam ke bidang digital dan mulai merambah ke telekomunikasi setelah kolaborasi Astra Graphia dengan DCE berlanjut hingga pembentukan perusahaan joint venture Digital Astra Nusantara. Santosa diutus menjadi Consulting Resource di perusahaan yang berdiri pada 1993 itu.

“Pada saat itu karena spesialis network awalnya mau jadi ISP (Internet Service Provider) yang pertama di Indonesia tapi tidak jadi karena Menteri bilang itu untuk anak-anak yang baru lulus sekolah yang nanti dibuatkan konsorsium. Astra terlalu besar jadi kami diminta untuk ikut KSO (Kerja Sama Operasi) dengan Telkom,” urai Santosa.

Dua tahun dihabiskan bekerja di Digital Astra Nusantara, setelah itu pada 1995 Santosa untuk pertama kalinya menjabat Manager di divisi Bussiness Development Astratel Nusantara. Perusahaan ini mengawal pengelolaan infrastruktur Astra International.

Hanya bertahan setahun di Astratel Nusantara, Santosa kemudian diangkat menjadi Head of Corporate & Planning Pramindo Ikat Nusantara pada 1996. Perusahaan ini awalnya hasil kesepakatan Astra International dengan France Cable et Radio milik France Telecom dan General Electric Capital. Pramindo sendiri kependekan dari Prancis, Amerika, dan Indonesia. Belakangan sebelum mengajukan tender ke Telkom, General Electric Capital mengundurkan diri.

Telkom berupaya menjadi operator kelas dunia, dibantu Pramindo Ikat Nusantara menggarap infrastruktur telekomunikasi di wilayah Sumatera. Tujuan utamanya membuat standar komunikasi di Sumatera setara dengan Prancis.

“Kami bikin joint venture, transformasi dua tahun, lalu kena krisis 1998. Target kita kan membangun 650.000 Self Support Tower (SST) saat itu, baru dapat 350.000 SST kemudian nilai tukar (dollar AS dengan rupiah) waktu bikin rencana  bisnis Rp 3.000 kemudian jadi Rp 12.000, sudah ga visible jadi renegosiasi ga putus-putus. Sampai 2004 kita serahkan balik ke Telkom kita dapat kompensasi. Konsorsium bubar,” ungkap Santosa.

Banyak makan asam garam di bisnis telekomunikasi, kemudian ia dipercaya kembali ke Astratel Nusantara menjadi General Manager, Corporate Finance & Planning pada 2000. Di jabatan barunya Santosa mulai belajar keuangan.

Santosa belajar hal baru lagi setelah digeser menjadi Director, Sales & Marketing di PT Astra CMG Life pada Oktober 2011. “Pada saat krisis, karena saya diminta bantu di pusat financial services kan dengan infrastruktur banyak hubungannya maka itu akhirnya tahu perbankan dan diminta pegang asuransi jiwa (Astra CMG Life) jadi direktur sales and marketing. Ini sudah mulai rada jauh tapi nggak jauh sekali. Memang bergeser tapi ga ada yang mendadak," papar Santosa.

Ia pernah mengatakan ada tiga hal penting mengejar kesuksesan, yaitu kemauan, kemampuan, dan kesempatan. Dalam dirinya kemauan terus berkobar sedangkan kemampuan tidak berhenti diasah selama gonta-ganti jabatan dan perusahaan. Faktor terakhir, kesempatan, dianggap seperti keberuntungan sebab datangnya tidak terduga.

“Sesudah (Astra CMG Life) stabil saya ditarik kemudian diganti. Kebetulan ada eksekutif di Astra Graphia, Direktur Keuangan, resign. Jadi saya ditempatkan lagi di Astra Graphia (2003 – 2005). Itu juga kebetulan, balik lagi selalu ada faktor keberuntungan,” kata Santosa.

Asuransi Astra

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com