Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Tercipta Mitos Mahal Suku Cadang Mobil Eropa

Kompas.com - 03/12/2015, 17:08 WIB
Donny Apriliananda

Penulis

Jakarta, KompasOtomotif – Salah satu momok ketika orang membeli mobil merek Eropa adalah soal ketersediaan dan harga suku cadang. Gosip lama terus menumpuk, bahkan sebagian besar penguna mobil seakan terhegemoni dengan mitos soal harga spare part yang sudah jauh lebih tinggi ketimbang merek-merek Jepang. Masih berlakukah?

Vice President Sales BMW Group Indonesia Jentri W Izhar mengatakan, harga suku cadang yang mahal susah diukur karena sifatnya relatif. Dia pun memberi jawaban diplomatis, bahwa untuk menyiasati hal ini, sebagai salah satu merek Eropa dan masuk kategori premium, BMW memberikan program aftersales khusus bernama Service Inclusive.

”Rasanya itu cukup kami jawab dengan program BMW Service Inclusive. Ini adalah program bebas biaya perawatan selama lima tahun atau setara 60.000 kilometer. Kami menjamin ketersediaan suku cadang fast moving, sehingga konsumen bmw tidak perlu kuatir dengan biaya servis,” kata Jentri, Kamis (3/12/2015), di Jakarta.

Artinya, BMW Indonesia tidak bisa mengatakan bahwa harga suku cadang mobil Eropa, khususnya BMW mahal dibandingkan mobil Jepang.

Selain itu, Jentri juga menegaskan bahwa segmen pembeli mobil premium adalah sebagian besar orang-orang yang tidak sesnsitif dengan harga. Hal itu tebrukti dari penjualan BMW Group Indonesia yang naik 5 persen pada 10 bulan pertama 2015, di saat pasar mobil di Indonesia turun belasan persen.

Inden 
Kendati dijamin, namun Jentri juga menyatakan bahwa ada saja beberapa suku cadang yang harus dipesan, bergantung jenis dan tipe mobil. Tentu semua suku cadang bisa dipesan melalui dealer, hanya ketersediaannya terbatas.

”Inden itu balik lagi kepada ketersediaan suku cadang, apakah di Indonesia atau di Malaysia atau Jerman atau bahkan sudah tidak diproduksi lagi. Apabila sudah tidak diproduksi lagi, masuknya ke special order, itu biasanya ke orang-orang yang restorasi ke mobil klasik,” ujar Jentri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau