Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Laporan Langsung dari Seoul, Korea Selatan

Manfaatkan Pajak Murah, GM Indonesia Pilih Jadi Importir

Kompas.com - 22/10/2015, 09:19 WIB
Agung Kurniawan

Penulis


Seoul, KompasOtomotif - Keputusan General Motors (GM) Indonesia menutup perakitan Spin di pabrik Pondok Ungu, Bekasi, Jawa Barat, otomatis mengubah status perusahaan dari produsen menjadi importir. Langkah ini ditempuh lewat memanfaatkan perjanjian perdagangan bebas (ASEAN-Korea Free Trade Area/AK-FTA) antara ASEAN dengan Korea Selatan.

Marc Comeau, Vice President GM Korea mengatakan, banyaknya lahir regulasi baru terutama perjanjian antara pemerintah negara lewat peradagangan bebas, membuat pelaku industri mengubah strategi bisnisnya. Lewat FTA, lahir regulasi baru, di satu sisi bisa menekan, tapi sekaligus menciptakan kesempatan baru.

"Kami sebagai perusahaan harus bisa menentukan langkah yang tepat untuk negara itu dan kawasan regional itu ke depan. Meskipun harus mengubah arah strategi perusahaan," kata Marc di Bupyeong, Korea Selatan, Rabu (21/10/2015).

Gaurav Gupta, Presiden Direktur PT GM Indonesia menambahkan, banyak yang menanyakan terkait keputusan menutup pabrik di Bekasi. Tapi, GM Indonesia, kata Gaurav, tetap yakin mampu menawarkan berabagai portofolio produk yang beragam untuk konsumen Indonesia.

"Keuntungan kami berkat FTA dengan Korea (dan ASEAN) maka pilihan produk global akan lebih beragam. Misalnya ada ponsel yang bagus, Anda tidak akan peduli diproduksi di mana, selama produknya bagus, pasti akan menarik konsumen," kata Gaurav.

Lewat perjanjian AK-FTA, seluruh mobil yang diimpor utuh (completely built up/CBU) dari Korea ke Indonesia akan mendapatkan keringanan Pajak Bea Masuk. Beban BM yang sebelumnya 40 persen, maka sejak perjanjian FTA berlaku sejak 2012, berkurang menjadi hanya 15 persen.

Mulai 2016, Pajak BM ini akan dikurangi lagi nilainya, menjadi tinggal 5 persen saja. Tentu, beban ini semakin ringan, sehingga keputusan GM Indonesia mengandalkan pasokan mobil dari impor akan lebih minim risiko, ketimbang harus mengelola fasilitas perakitan di Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau