Jakarta, KompasOtomotif – Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang kembali melemah cukup membuat Yamaha cemas. Diyakini, pengaruhnya tidak dalam jangka waktu dekat, namun beberapa waktu akan datang saat para pemasok komponen mulai tersudut dengan harga bahan baku yang melambung.
”Untuk harga jual sepeda motor belum berpengaruh, karena para pemasok sudah melakukan kontrak selama jangka waktu tertentu. Tapi kalau terus-terusan seperti ini, pemasok komponen pasti akan teriak dan menjadi masalah. Kami akan diskusikan dengan mereka,” kata Asisten GM Pemasaran PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM), Mohammad Masykur, Jumat (14/8/2015).
Saat ini, yang dikhawatirkan Yamaha adalah pengaruh langsung (dari mlemahnya rupiah) yang akan dirasakan masyarakat segmen menengah ke bawah. Hal ini membuat daya beli masyarakat terus menurun, dan imbasnya tentu pada penjualan sepeda motor yang turun.
”Mereka (masyarakat bawah) tidak ada hubungannya dengan dollar. Yang penting komoditi nggak naik (harga), income nambah, tidak ada masalah. Orang di kampung tidak mikir dollar, yang penting kerja, dapat uang, dan mampu beli kebutuhan hidup,” kata Masykur.
Sebagai contoh, Masykur memberi contoh penjualan Yamaha di Kalimantan yang belakangan ini naik di saat daerah lain turun. Ternyata, perekonomian rakyat setempat naik karena proyek infrastruktur mulai berjalan.
Imbas langsung dari melemahnya rupiah terhadap dolar lambat laun akan semakin dirasakan kelas menengah ke bawah, ditandai dengan menurunnya daya beli dan penjualan barang kebutuhan yang sifatnya bukan kebutuhan pokok.
”Kalau kelas atas tidak berpengaruh. Buktinya Yamaha R1 baru sudah ada yang pesan meski belum dirilis resmi. Harganya sudah pasti ratusan juta,” kata Masykur.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.