Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suzuki Hustler Dianggap Kurang Cakap untuk Indonesia

Kompas.com - 02/08/2015, 08:21 WIB
Jakarta, KompasOtomotif - Suzuki sempat melontarkan keinginannya untuk memasarkan model baru, Hustler untuk pasar Indonesia. Mobil kota bergaya sport utility vehicle (SUV) ini bahkan sempat diboyong ke ajang Indonesia International Motor Show (IIMS), September 2014 lalu dan berhasil menyita perhatian pengunjung.

Dari survei pasar yang dilakukan PT Suzuki Indomobil Sales (SIS), banyak calon konsumen menyatakan ketertarikannya untuk membeli Hustler. Desainnya yang unik, serta unggul pada unsur praktikal dan fungsional membuat mobil bergaya "boxy" ini menarik.

SIS bahkan sempat berniat untuk menjadikan Hustler ikut dalam program mobil murah dan ramah lingkungan (low cost and green car/LCGC) buatan pemerintah Indonesia. Tapi, setelah setahun berlalu, akhirnya Suzuki menyatakan batal memasarkan Hustler ke Indonesia.

"Kami sampai sekarang belum berniat memasarkan Hustler ke Indonesia, karena ada kendala. Belum, ke depan kita tidak tahu," ucap Davy Jeffry Tuilan, Wakil Direktur Pelaksana SIS di Jakarta Selatan, Jumat (31/7/2015).

Homologasi

Davy menjelaskan, masalah utama menyangkut rencana pemasaran Hustler di Indonesia adalah faktor homologasi alias pemberian persetujuan oleh otoritas resmi dalam hal ini Kementerian Perindustrian. Ada beberapa komponen Hustler yang dianggap tidak standar sesuai peraturan yang berlaku di Indonesia.

Di Jepang, Hustler itu 'Kei Car', yang wajib memenuhi standar bobot mobil secara keseluruhan. Pemerintah Jepang, semakin berat bobot kendaraan, akan mendapat beban pajak lebih besar, karena pasti lebih boros dalam konsumsi bahan bakar. Untuk itu, para insinyur di Suzuki mengembangkan rekayasa desain yang mampu membuat mobil jadi lebih ringan.

Davy mencontohkan, salah satu komponen yang diuji adalah kaca pada kendaraan. Hustler menggunakan kaca dengan ketebalan lebih tipis dari mobil pada umumnya. "Pemerintah kita kaca mobil itu minimal 2 milimeter atau 3 milimeter, nah kita pakai teknologi baru kaca yang lebih tipis. Padahal, meski lebih tipis bukan berarti kekuatannya tidak sama. Homologasi pemerintah kita lebih ke fisik bukan kualitasnya," ucap Davy, menjelaskan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau