Jakarta, KompasOtomotif – Parahnya kemacetan di kota-kota besar Indonesia seakan dikonfirmasi setelah produsen pelumas Castrol mengumumkan kota termacet di dunia lewat Castrol Magnetec Stop-Start Index 2014. Jakarta menjadi nomor satu, mengalahkan Istanbul, Turki. Belum lagi Surabaya yang masuk di peringkat ke-4.
”Penghargaan” ini pun disikapi wajar oleh kepolisian, karena memang sudah tidak ada lagi yang bisa dilakukan oleh instansi itu. Kakorlantas Polri Irjen Pol Condro Kirono mengatakan bahwa ibarat gelas, Jakarta dan kota-kota besar di Indonesia sudah luber. Ruas jalan tidak bertambah, sementara pengguna jalan semakin membludak.
”Ruang di tempat kita ini sudah sangat padat. Pertumbuhan kendaraan naik 11 persen per tahun, sementara jalan hanya tumbuh 1 persen. Apalagi, 40 persen peredaran kendaraan ada di Jabodetabek, membuat daerah sekitar Jakarta mengalami kemacetan luar biasa,” jelas Condro, (11/2/2014).
Angkat tangan?
Dikatakan Condro, Polri dalam hal ini Polisi Lalu lintas hanya bertugas pada kondisi yang sudah ada. Artinya, polisi tak mungkin masuk di ranah kebijakan akan produksi kendaraan, atau keputusan untuk menambah jalan, hingga munculnya transportasi publik yang memadai. Selama tiga hal tersebut masih menjadi problem, polisi hanya melakukan pengaturan secara parsial.
”Berapa pun polisi ditempatkan di simpang-simpang macet, tetap akan macet karena memang tidak ada ruang lagi untuk bergerak. Polisi hanya bisa melakukan pengaturan sebisa mungkin,” ujar Condro.
Apakah berarti polisi angkat tangan? ”Nggak. Kita tidak pernah angkat tangan. Contohnya, saat terjadi banjir di Jakarta akhir-akhir ini, polisi melakukan pencegahan dan pengaturan agar tak semakin parah,” tukas Condro.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.