Jakarta, KompasOtomotif - Mendapatkan hasil buruk tahun ini membuat pebisnis otomotif agak konservatif menatap 2015 yang tinggal menghitung hari. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyatakan, kondisi pasar mobil nasional tetap "puasa" tumbuh alias stagnan tahun depan, menyusul kondisi perekonomian yang belum stabil.
"Kami memprediksi tahun depan kondisi pasar akan sama seperti tahun ini. Berharap dengan pertumbuhan ekonomi pasar bisa kembali tumbuh setahun kemudian pada 2016," jelas Sudirman Maman Rusdi, Ketua Umum Gaikindo, di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Rabu (17/12/2014).
Sudirman menjelaskan, faktor pertama menyangkut pelemahan daya beli konsumen seiring kenaikan harga BBM bersubsidi. Sepanjang 2007 hingga 2013, pertumbuhan pasar mobil nasional Indonesia tumbuh 24,3 persen. Hasil itu diperoleh dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional 6 persen.
"Tahun depan, pemerintah memprediksi pertumbuhan ekonomi nasional 5,8 persen, sedangkan Bank Dunia memperkirakan hanya 5,2 persen. Coba kita ambil tengahnya saja, 5,5 persen tumbuh tahun depan, tapi pengaruh ke pasar mobil baru akan terasa di 2016 nantinya," beber Sudirman.
Jika estimasi pasar mobil nasional tahun depan 1,2 juta unit, maka Gaikindo optimistis pasar bisa mencapai setidaknya 1,3 juta unit pada 2016.
Nilai tukar
Faktor kedua, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) yang sempat menyentuh level terendah sepanjang masa, yakni Rp 12.900 pada 16 Desember 2014 lalu. Situasi ini tentu akan menekan sejumlah agan tunggal pemegang merek (ATPM) terbebani ongkos produksi yang terkerek. Pengaruh logis yang biasa terjadi adalah kenaikan harga jual mobil di pasar sebagai kompensasi pelemahan rupiah.
"Sekarang saja cost kalkulasi kita masih di bawah Rp 12.300 per dollar AS. Tapi, kalau daya beli masih rendah bagaimana mau menaikan harga, yang ada malah kasih diskon. Pastinya, setiap merek akan berhitung ulang dengan kejadian ini tahun depan," lanjut Sudirman.
Suku bunga
Ketiga, faktor kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia yang juga dinaikkan sehari setelah BBM subsidi diumumkan, naik 25 basis poin menjadi 7,75 persen. Keputusan ini otomatis akan mengerek langsung bunga kredit pembelian mobil di lapangan. Biasanya, dampak kenaikan baru terjadi dua sampai tiga bulan ke depan, artinya awal 2015.
"JK (Wapres Jusuf Kalla) mengatakan seharusnya tidak dinaikkan lagi, mudah-mudahan seperti itu. Tapi, kita harus menunggu, BI Rate nanti mau di angka berapa, ini yang dikhawatirkan," tukas Sudirman.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.