Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembeli "Supercar" Hanya Cari Identitas Diri

Kompas.com - 06/10/2014, 11:14 WIB
Azwar Ferdian

Penulis

Jakarta, KompasOtomotif — Kecelakaan fatal dialami pengacara kondang Hotman Paris Hutapea saat sedang mengendarai supercar, Lamborghini New Gallardo, di ruas Tol Wiyoto Wiyono Km 17 arah Bandara Soekarno-Hatta, Minggu (5/10/2014) pagi. Kecelakaan itu juga melibatkan mobil boks dan bus pariwisata, hingga menyebabkan pengemudi mobil boks tewas. Hotman Paris sendiri selamat dengan hanya mengalami luka ringan.

Terlepas dari beberapa fakta yang disebutkan baik versi Hotman Paris maupun petugas kepolisian, kecelakaan yang melibatkan mobil bertenaga super memang menarik untuk diulas. Pasalnya, tidak semua pemilik mobil sport atau super mempunyai kualifikasi yang mumpuni buat berkendara.

KompasOtomotif berbincang dengan pereli dan pebalap nasional, Rifat Sungkar, yang mengamini pernyataan tersebut. Disebutkan, orang Indonesia banyak yang punya supercar, tetapi sayangnya masih sedikit yang tahu betul bagaimana cara mengendarainya.

"Kalau bisa saya sebutkan, mungkin 70-80 persen orang yang punya supercar itu belum qualified dalam berkendara. Mereka membeli hanya mencari lambang identitas bahwa mereka bisa membeli mobil mahal. Itu memang hak untuk menikmatinya, tapi yang dicari hanya identitas saja, bukan dari performa," jelas Rifat saat dihubungi, Senin (6/10/2014).

Rifat menganalogikan sebagai berikut, rata-rata mobil pada umumnya punya daya 150 tk, tetapi bicara supercar minimal punya 500 tk dengan akselerasi 0-100 kpj di bawah empat detik. "Apa pun bisa terjadi dalam kecepatan tinggi tersebut. Kalau pengemudinya tidak dibekali skill yang baik, maka bisa terjadi kecelakaan. Itu hal dasar yang harus diketahui."

Peran APM
Pebalap kelahiran Jakarta, 22 Oktober 1978, ini melanjutkan, sudah seharusnya para agen pemegang merek (APM) mobil sport atau super memberikan pelatihan khusus kepada konsumen tentang cara mengemudi serta program safety driving. Ini bisa menjadi satu paket khusus pembelian.

"Cara berkendara atau safety driving supercar itu bisa menjadi satu paket dalam pembelian. Jadi konsumen tahu cara-cara berkendara dan risiko apa saja yang dihadapi saat menyetir mobil tersebut. Harus dibedakan akselerasinya, handling atau cara belok, dan mengerem. G-force nyetir mobil ini kan beda, kepala rasanya seperti ditarik saat kita injak gas atau mengerem. Itu sudah hukum alam dan tidak bisa dilawan, tapi patut diketahui si pengemudi," beber Rifat.

Rifat melanjutkan, membeli mobil mahal dengan kecepatan tinggi adalah hak semua orang yang mampu. Namun, jangan hanya asal membeli tetapi malah membahayakan diri sendiri dan orang lain. Berkendara dengan sikap yang baik adalah yang terpenting di jalan raya karena, tanpa kita sadari, mobil adalah senjata mematikan bila tidak dikendarai dengan cara yang benar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau