Surabaya, KompasOtomotif — Kemampuan menghemat bahan bakar pada mesin bensin berteknologi Skyactiv-G (bensin) bisa dilampaui jenis Skyactiv-D (diesel). Namun sayang, Mazda Motor Indonesia (MMI) belum berniat memasarkannya di dalam negeri.
Ternyata, masalahnya bukan cuma tentang kualitas bahan bakar yang dirasa masih rendah. Alasan lainnya, peredaran jenis bahan bakar diesel berkualitas terbaik tidak merata di seluruh daerah. Konsentrasinya masih di sekitar Ibu Kota dan kota besar lainnya.
Presiden Direktur MMI Keizo Okue mengutarakan pendapatnya, bila tersedia di Indonesia, maka Skyactiv diesel hanya menyulitkan konsumen mencari bahan bakar. "Menurut kami, itu hanya menawarkan ketidaknyamanan buat konsumen," katanya dalam sesi wawancara selepas tes berkendara bersama media, di Surabaya, Rabu (25/6/2014).
Okue menambahkan, Skyactiv-D tidak bisa minum solar atau biosolar. Tangkinya harus diisi bahan bakar sekelas pertadex.
Anti-solar
Ari Tristianto, Product Planning and Marketing MMI, menambahkan, pada Skyactiv-G, rasio kompresi yang mencapai 13:1 bisa didapatkan dari bahan bakar oktan 90. Jadi, penggunaan bahan bakar jenis pertamax sudah lebih dari cukup.
Sementara itu, di Skyactiv-D, kondisi sulfur pada solar tidak memenuhi syarat. Akan datang banyak masalah bila mesin tidak menggunakan, minimal, sejenis pertadex. "Nah pertadex itu terjamin tersedia hanya di Jakarta. Lalu bagaimana kalau dipakai ke luar kota atau pemilik tinggal di daerah? Tidak nyamannya seperti itu," ujar Ari.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.