Tujuan pertama, rombongan mengarah ke SDN Klampis Ngasem I, Sukolilo, tepatnya di Jalan Arif Rahman Hakim, Desa Klempis, Ngasem, Surabaya. Tiba di lokasi, rombongan disambut oleh gemuruh riang ratusan siswa-siswi berseragam pramuka. Ada yang bersorak, tepuk tangan, bersiul, tersenyum, sampai tertawa.
Inklusif
Sambutan anak sekolah ini terlihat begitu antusias bagi seluruh tim Avanzanation Journey 2014. Para siswa bahkan sudah menyiapkan suguhan pentas seni khusus yang dipersembahkan bagi rombongan. Acaranya beragam, mulai dari pantomim, bermain gitar, sampai ketipung mewarnai aksi mereka. Terlihat mereka begitu berbakat meski hanya menggunakan perlengkapan seadanya.
Kali ini, tim Avanzanation Journey 2014 memberikan sumbangan bantuan alat pendidikan, berupa 125 buku pelajaran, proyektor beserta screen viewer. Pemberian bantuan alat pendidikan tersebut diharapkan bisa turut membantu mencerdaskan generasi muda Indonesia.
SDN Klampis Ngasem sendiri sebenarnya bukan sekolah negeri biasa, karena dikenal sebagai SD inklusif sejak 1989. Sekolah yang menerima siswa-siswi berkebutuhan khusus di samping siswa biasa. Semula, SD ini sekolah reguler biasa, tetapi kebutuhan masyarakat sekitar membutuhkan anak-anak berkebutuhan khusus untuk mendapat wadah belajar.
Kondisi ini membuat Kepala Sekolah SDN Klampis Ngasem I pada 1989, Sukarlik mencoba membaurkan anak normal dengan mereka yang berkebutuhan khusus. Dengan keyakinan kalau setiap anak punya potensi dan kemampuan masing-masing, maka sekolah ini menerima anak berkebutuhan khusus, mulai dari down syndrome, tuna grahita, autis, hiperaktif, tuna rungu, tuna netra, tuna wicara, dan tuna daksa.
Mereka belajar dalam satu lingkungan yang sama dengan anak reguler lainnya. Anak-anak berkebutuhan khusus yang semula "dipandang sebelah mata", karena dianggap tidak punya harapan untuk bisa ”berprestasi”, buktinya mampu menunjukkan potensi diri. Sekolah ini jadi salah satu yang mau membuka diri pada mereka, memberikan kesempatan yang sama seperti anak lain, tanpa membedakannya.
Suramadu
Setelah berbagi dengan sesama, tim memutuskan ke arah utara Surabaya, menuju gerbang jembatan selat pertama di Indonesia, Suramadu. Jembatan ini terdiri dari tiga bagian, yaitu jalan layang (causeway), jembatan penghubung (approach bridge), dan jembatan utama (main bridge).
Peresmian pembangunan Suramadu dilakukan Presiden Megawati Soekarnoputri, 20 Agustus 2003, dan dibuka oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, 10 Juni 2009. Pembangunan jembatan ini ditujukan untuk mempercepat pembangunan Pulau Madura, meliputi bidang infrastruktur dan ekonomi di Madura. Diperkirakan biaya pembangunan jembatan ini adalah 4,5 triliun rupiah.
Untuk kembali menuju Pulau Jawa, tim memilih jalur alternatif. Satu-satunya pilihan yang harus diambil warga, sebelum ada jembatan Suramadu, yakni via laut, alias penyeberangan air. Jaraknya tidak terlalu jauh, hanya berkisar 20-25 menit penyeberangan.
Banyak penggiat foto mengatakan, selat Madura merupakan lokasi apik untuk melihat indahnya pemandangan sunset. Jadi, bagi Anda yang suka fotografi atau setidaknya bawa kamera, dianjurkan untuk menyeberang menggunakan ferry dikala senja dan mengabadikan momen indah sepanjang penyeberangan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.