Sebagai Kota Pahlawan, Surabaya dihiasi berbagai macam monumen bersejarah. Jasa-jasa pejuang begitu terasa sangat dihargai di kota ini. Monumen pertama yang kami kunjungi dalam rangkaian perjalanan Avanza Journey 2014 adalah Bambu Runcing. Letakknya di Jalan Panglima Sudirman, berdekatan dengan Kebun Binatang Surabaya, Tunjungan Plaza, Surabaya Plaza dan Tugu Pahlawan Surabaya.
Pada masa peperangan, bambu dibentuk meruncing layaknya tombak untuk senjata melawan musuh. Bambu runcing ini dibuat berkaitan dengan terbatasnya senjata modern yang ada dan untuk menunjukkan semangat di antara para prajurit sebagai warga sipil Indonesia. Terdiri dari 5 pilar dan memiliki tinggi yang tidak sama dan dibentuk seperti bambu runcing. Pada saat tertentu, air akan mengalir keluar dari bambu runcing, seperti air mancur. Di sekelilingnya, ada taman kecil yang penuh beragam tanaman hias.
Tugu Pahlawan
Tempat bersejarah kedua yang dihampiri tim, adalah Tugu Pahlawan, letaknya berdekatan dengan Monumen Bambu Runcing, teap di depan Kantor Gubernur Jawa Timur. Bentuknya seperti paku terbalik, dengan diameter bawah lebih besar dari atas. Tingginya mencapai 41,15 meter dengan diameter 3,1 meter, berdiri di atas lahan seluas 2,5 hektar.
Dibangun untuk mengenang sejarah perjuangan "Arek-arek Suroboyo" mempertahankan kemerdekaan di Surabaya. Soekarno didampingi Walikota Surabaya Doel Arnowo, melakukan peletakan batu pertama pada 10 November 1951 dan setahun kemudian Monumen Tugu Pahlawan diresmikan juga oleh Presiden didampingi Walikota Surabaya, R Moestadjab Soemowidigo.
Pintu gerbang menuju Monumen dibangun Candi Bentar. Ada delapan relief yang menggambarkan perkembangan kota Surabaya pada jaman dahulu hingga saat ini. Di sekitarnya, juga dibangun Museum 10 Nopember, dibangun tahun 2000 untuk mendukung keberadaan Tugu Pahlawan.
Di dalam terdapat koleksi barang-barang bersejarah, seperti peta-peta yang menggambarkan invasi tentara Tar-Tar ke Hujung Galuh. Juga ada berbagai jenis senjata yang digunakan pada Pertempuran 10 November 1945.
Museum ini juga menyimpan beberapa peninggalan milik Bung Tomo dan bendera laskar pejuang ketika pertempuran bersejarah itu terjadi. Di sisi bagunan lain, ada Audotorium Visual untuk menyaksikan film dokumenter, mengenang apa yang terjadi 10 November 1945, berdurasi 25 menit. Sehari, film diputar enam kali ditemani tampilan maket Surabaya pada zaman itu, lengkap dengan sistem pencahayaan dan penghasil asap.
Gedung Grahadi
Berdekatan dengan Tugu Pahlawan, tim juga mampir ke Gedung Negara Grahadi yang dibangun tahun 1795 pada masa pemerintahan Residan Dirk Van Hogendorps (1794-1798). Saat ini, bangunan ini adalah kediaman resmi Gubernur Jawa Timur.
Nama Grahadi diambil dari bahasa Sansekerta, Graha dan Adi, yang berarti rumah yang bernilai dan memiliki derajat yang tinggi. Hebatnya lagi, bentuk bangunan ini tidak berubah sama sekali dari bentuk aslinya meski sudah berusia dua abad. Terdiri dari 2 lantai, dengan luas bangunan induk 2016 meter persegi. Bangunan penunjang 4125,75 meter persegi di atas tanah 16.284 meter persegi.
Gedung yang menyimpan banyak peristiwa bersejarah ini dapat dikunjungi oleh wisatawan, mulai Senin-Kamis, 08.00-13.00 WIB, Jumat pukul 08.00-11.00 WIB, dan Sabtu 08.00-12.00 WIB.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.