Detroit, KompasOtomotif – Kabar gembira bagi Dasep Ahmadi (juga menteri BUMN Dahlan Iskan) yang lagi terjangkit virus mobil listrik nasional! Diperkirakan, harga baterai mobil listrik pada 2025 akan turun sampai 70 persen. Yah, masih lama, namun pada saat itu – bila dikembangkan secara konsisten – Dasep diperkirakan sudah menguasai rekayasa dan teknologi mobil listrik!
Selama ini, baterai merupakan “momok” bagi produsen mobil listrik karena harganya masih sangat mahal. Akibatnya, harga mobil listrik juga sulit dijangkau oleh konsumen kebanyakan atau umum. Khususnya untuk baterai lithium.
Skala ekonomi
Perkiraan harga baterai lithium itu mobil tersebut didasarkan pada buliten nempat bulanan yang diterbitkakan TheMcKinsey & Co. Sebuah perusahaan riset global. Berdasarkan penelitian, harga paket baterai otomotif bisa turun dari 500-600 dollar per kilowatt/jam saat ini, menjadi sekitar 200 dollar pada 2020 dan 160 dollar pada 2025.
Salah satu faktor yang menyebabkan harga baterai bisa turun, karena skala ekonomi produksi yang makin tinggi. Di samping itu, umur pakai baterai juga makin lama, kapasitas menyimpan energi juga bertambah besar.
Dijelaskan, bila harga baterai sekitar 250 dollar/kWh, harga mobil listrik akan bisa menandingi kendaraan bermesin konvensional (bensin atau diesel). Saat itu, diperkirakan harga bensin 3,50 dolar per galon atau sama dengan bensin dengan oktan 92 sekarang ini di Indonesia, sekitar Rp 8.600 – 8.800.
Pertumbuhan mobil listrik bukan hanya karena harga baterai yang makin ekonomis, juga regulasi, performa dan pengembangan yang terus dilakukan terhadap baterai. Kondisi tersebut menyebabkan beberapa perusahaan harus mengubah sumber dan investasinya dalam pengembangan mobil listrik. Faktor lain, sekarang ini, konsumen juga makin menyukai hibrida plug-in atau mobil listrik Range Extender.
Produk elektronik
Faktor lain yang menyebabkan harga baterai lithium turun karena permintaan dari produksi elektronik juga terus meningkat. Hasilnya, selain biaya semakin murah, kinerjanya juga makin hebat.
Kemampuan baterai meningkatkan kapasitas menyimpan energi akan naik dari 80 sampai 110 persen pada 2020-2025. Berarti, jarak tempuh atau tenaga yang disediakan baterai makin besar.Jadi kekhawatiran mogok seperti yang dialami Dasep dan Dahlan Iskan kemarin - karena energi baterai habis - tidak perlu terjadi lagi.
.
Kesimpulan akan turunnya harga baterai itu diperoleh McKinsey berdasarkan interview dengan dengan desainer pabrik baterai, pemasok otomotif dan perusahaan perakit baterai.
Sebagian besar penurunan biaya itu sudah bisa dicapai pada 20215. Pasalnya, saat itu standardisasi perkakas kerja pabrik dimulai. Alhasil, selain biaya bisa ditekan, volume produksi juga terus meningkat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.