Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BMW Bantu ITB Kembangkan Biodiesel

Kompas.com - 28/05/2009, 08:51 WIB

BANDUNG, KOMPAS.com — PT BMW Indonesia, kemarin di ITB Bandung, menyerahkan bantuan kepada Lembaga Penelitian & Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Teknologi Bandung untuk mengembangkan bahan bakar dapat diperbarui, biodiesel.

Bantuan secara simbolis diserahkan langsung oleh Presdir PT BMW Indonesia Jörg Kelling kepada Prof Dr Indratmo Sukarno, Wakil Rektor sekaligus Ketua LPPM ITB. Dari ITB hadir Dr Ir Tatang Hernas Soerawidjaja dari Fakultas Industri Teknologi Rekayasa Kimia dan Dr Iman K Reksowardojo dari Laboratorium Motor Bakar dan Propulsi, Rekayasa Mekanik, ITB.

Menurut Dr Ir Tantang Hernas, untuk melakukan penelitian, ITB harus mengeluarkan biaya Rp 1 miliar per tahun yang diperoleh dari pemerintah. Bantuan tersebut dinilai belum cukup untuk mendukung kegiatan penelitian di ITB. Karena itulah, dengan adanya bantuan dari BMW Indonesia, ia sangat senang. Apalagi digunakan untuk menunjang penelitian energi dengan sumber terbarukan yang telah dilakukannya sejak beberapa tahun lalu.

Hanya sayang, pihak BMW Indonesia tidak mau menyebutkan besarnya nilai bantuan yang diberikan kepada LPPM ITB tersebut.

“Bantuannya masih kecil. Namun ini permulaan,” ungkap Jörg Kelling. Dijelaskan pula, bantuan penelitian biodiesel bisa membantu Indonesia mengembangkan bahan bakar diesel sesuai dengan standar kebutuhan mesin diesel saat ini. Di samping itu, juga dalam usaha melakukan pendidikan tentang mesin diesel dan lingkungan.

Ditambahkan, BMW sebenarnya ingin memasarkan kendaraan bermesin diesel di Indonesia. Namun, karena standar mutu bahan bakar diesel belum sesuai dengan mesin-mesin common rail mutakhir produksi BMW, hal tersebut belum bisa dilakukan saat ini.

“Salah satu caranya, mengembangkan bahan bakar diesel dari bahan nabati melalui kerja sama lembaga perguruan tinggi. Saya gembira ITB ternyata telah mengembangkan biodiesel dari bahan bukan untuk makanan. Bahkan menggunakan sumber lain dan bukan dari bahan yang sudah dikembangkan selama ini, seperti kelapa sawit dan biji jarak,” beber Jörg Kelling.

Juga dijelaskan, mesin diesel makin menarik konsumen mobil di berbagai negara. Tidak hanya di Eropa, juga di Amerika Serikat. Pasalnya, selain konsumsi bahan bakarnya yang irit, juga ramah lingkungan.

Dicontohkan, untuk mesin diesel yang digunakan pada BMW 320 terbaru, common rail generasi ke-3, emisi COatau karbondioksida 128 g/km. Sedangkan konsumsi bahan bakar 20,8 km/liter.

Masalahnya, untuk mendapatkan bahan bakar sesuai dengan teknologi mutakhir ini harus mempunyai persyaratan khusus, misalnya, kadar sulfur yang rendah dan juga nilai cetan yang tinggi.

Kemiri. Sementara itu, Dr Ir Tatang Hernas menjelaskan, penelitian yang sedang dilakukannya menggunakan tanaman yang banyak terdapat di Jawa Barat. Untuk ini, pengembangan dilakukan terhadap kemiri sunan, minyak kemiri dan biji karet. Dalam hal ini teknologi yang dipilih adalah hidrogenasi.

“Kita terus mencari berbagai sumber bahan untuk biodiesel. Tidak hanya pada biji jarak yang memang bisa mendekati kebutuhan standar mutu diesel untuk mesin masa kini. Misalnya dengan nilai cetan mendekati 51. Namun, dengan menggunakan tanaman lain tentu saja akan lebih baik. Dalam hal ini kita berpatokan tidak menggunakan tanaman untuk makanan, termasuk kelapa sawit,” jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau