Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fatah Nahan, Pelestari Cerita Rakyat Kalteng

Kompas.com - 13/08/2008, 21:54 WIB

Ini baru kisah mengenai asal mula desa, belum menyangkut legenda yang biasanya dipunyai masing-masing desa. Artinya, pernyataan AF Nahan bahwa Kalteng kaya dengan cerita rakyat memang memiliki landasan. Apalagi AF Nahan mendasarkan tulisan cerita rakyatnya berangkat dari hasil pendokumentasian langsung di lapangan. Ini terkait dengan riwayat pekerjaannya pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kalteng (dulu Kantor Wilayah Departemen Pendidikan Nasional).

Tugas itu memberi dia kesempatan mengunjungi daerah- daerah di pelosok Kalteng. Kesempatan itu dia gunakan antara lain untuk mendata dan menyusun daftar inventaris benda cagar budaya atau situs se-Kalteng.

Di tiap daerah yang dikunjungi, dia mengumpulkan sebanyak mungkin data yang kelak menjadi bahan cerita rakyat. AF Nahan merasa beruntung bisa melakukan hal itu karena posisinya sebagai anggota staf khusus kepurbakalaan di kantor tersebut.

"Banyak sumber cerita rakyat yang saya tulis telah saya dengar dari tatum, sansana, tumetleot, dan karungut. Keempatnya adalah sastra lisan dari subsuku Dayak Ot Danum, Kapuas, Ma'anyan, dan Ngaju, yang ditampilkan dalam upacara terkaitdaur hidup mulai kelahiran hingga kematian," cerita AF Nahan, yang termasuk tim perekam sastra lisan tatum, proyek Sekretariat Daerah Kalteng ini.

Sesajian

Ada beberapa pengalaman mistis atau tak terjangkau akal yang dilalui AF Nahan dalam tahap pencarian sumber maupun penulisan materi cerita rakyat Kalteng.

Dia pernah harus menyediakan piduduk, yakni sesajian yang memungkinkan tetua dari suatu daerah dapat kembali atau semacam
menerawang pada suatu masa berlangsungnya suatu kisah. Ini demi agar penuturan kembali cerita rakyat itu mendekati bentuk yang asli.

"Ini untuk menjaga validitas kisah agar mendekati kenyataan, seperti dituturkan sejak awal," katanya meyakinkan.

Terkait folklor Dayak, AF Nahan juga meyakini bahwa tidak semua cerita itu bisa dituliskan. Ada hal yang dapat dituliskan, tetapi ada pula hal yang tidak boleh dituliskan. Karena itulah, ia berusaha agar penulisan cerita rakyat Kalteng dapat dikemas dengan kalimat yang pas.

"Tulisan di komputer bisa langsung hilang kalau saya menuliskan hal yang seharusnya tidak boleh dituliskan, atau ketika saya menulis tidak seperti apa adanya. Dua-tiga kali saya mengalami hal seperti itu," katanya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau