Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Industri Otomotif Global 2025 Terancam Kendala Rantai Pasok

JAKARTA, KOMPAS.com - Economist Intelligence Unit (EIU) menyoroti ketegangan geopolitik dan perubahan iklim akan tetap menjadi tantangan perkembangan industri otomotif pada 2025 mendatang, terutama dalam transisi menuju kendaraan listrik (electric vehicle/EV).

Dalam laporan terbarunya berjudul Automotive Outlook 2025, EIU memprediksi bahwa pasar kendaraan global akan tumbuh sebesar 2,3 persen tahun depan.

Pertumbuhan ini didorong oleh meningkatnya permintaan untuk kendaraan listrik, yang diperkirakan akan terus naik meskipun dengan laju yang lebih lambat dibandingkan tahun 2024.

Pasar kendaraan listrik sendiri diproyeksikan tumbuh 4 persen dari tahun ke tahun (year-on-year). Namun, hambatan seperti ketegangan perdagangan dan persaingan ketat dari produsen China dengan beberapa negara Barat tetap menjadi tantangan.

Secara volume, penjualan kendaraan listrik diperkirakan mencapai 19,4 juta unit pada 2025, meningkat sekitar 16 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Meski demikian, laporan ini memperingatkan bahwa kendala dalam rantai pasokan global dan hambatan perdagangan, terutama antara Amerika Serikat, Uni Eropa, dan China, bisa membatasi potensi pertumbuhan yang lebih besar.

Selain itu, harga kendaraan listrik kemungkinan akan tetap tinggi akibat ketidakpastian pasokan dan fluktuasi harga komoditas, meskipun kemajuan teknologi diharapkan dapat menekan biaya produksi dalam jangka panjang.

Analis otomotif EIU, Arushi Kotecha, menyatakan bahwa persaingan antara China, AS, dan UE diperkirakan akan meningkat pada 2025, yang bisa menghambat perkembangan teknologi dan distribusi EV.

Meski begitu, ia optimis bahwa inovasi teknologi dan penurunan harga komoditas akan mempercepat adopsi EV dalam beberapa tahun mendatang.

Kebijakan pemerintah juga menjadi faktor penting dalam prospek pasar otomotif. Pada 2025, diharapkan pembuat kebijakan di seluruh dunia akan terus mendorong upaya pengurangan emisi dan transisi ke kendaraan ramah lingkungan.

Namun, dukungan terhadap kebijakan ini mungkin akan menghadapi tantangan, termasuk dari konsumen yang kurang antusias terhadap perubahan regulasi yang drastis.

Hasil pemilihan presiden AS 2024 diperkirakan akan memainkan peran kunci dalam menentukan arah kebijakan lingkungan, yang akan berdampak signifikan pada industri otomotif global.

Produsen otomotif di negara-negara Barat, termasuk AS dan Eropa, akan terus menghadapi persaingan ketat dari China, yang semakin menguatkan dominasinya dalam produksi EV dan baterai.

Mereka disebut akan berada di persimpangan antara mempertahankan teknologi lama berbasis bahan bakar fosil dan beralih ke teknologi baru yang lebih ramah lingkungan.

Namun, EIU memperkirakan bahwa provitabilitas sektor kendaraan listrik akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penjualan dan penurunan harga komoditas.

Produsen yang dapat beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan teknologi dan regulasi memiliki peluang besar untuk meraih keuntungan di pasar global.

Seiring dengan itu, teknologi juga akan terus menjadi pendorong utama perubahan di industri otomotif. Pada 2025, otomatisasi dan kecerdasan buatan (AI) diharapkan semakin terintegrasi ke dalam kendaraan baru, baik dalam fitur keamanan maupun kenyamanan.

Meski demikian, pengembangan mobil tanpa pengemudi masih menghadapi banyak tantangan teknis dan regulasi sebelum dapat diadopsi secara luas.

https://otomotif.kompas.com/read/2024/10/28/092200415/industri-otomotif-global-2025-terancam-kendala-rantai-pasok

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke