Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ulasan Lengkap TVS iQube, dari Desain sampai Biaya Kepemilikan

JAKARTA, KOMPAS.com – Motor listrik TVS iQube meluncur di Indonesia belum lama ini, punya desain khas skutik retro, identik seperti Callisto. Terlihat terutama dari bodi depan dan bodi belakang.

Meskipun, saat dilihat lebih detail jelas berbeda, di mana lampu utama dan sein sudah LED. Sementara bagian samping dan belakang, terlihat agak membulat khas skutik retro.

Meski begitu, wajah motor ini jika diperhatikan terlihat lebih modern, karena rumah lampu dibuat tipis dan melebas, sekilas mirip ‘Robocop’.

Setang depan, terdapat lampu DRL yang membentuk huruf ‘U’. TVS menyebut fitur ini sebagai signature lamp, karena menjadi ciri khas motor ini saat melaju di jalan.

Masih di setang, terdapat visor ukuran kecil yang bisa melindungi spidometer supaya enggak terlalu silau saat siang hari. Kemudian spion kotak tampak unik dan berbeda dibandingkan motor sekelasnya.

Beralih ke bagian spidometer, yang sudah pakai layar TFT full color. Ukurannya cukup besar dan terlihat jelas saat berkendara.

Bagian dasbor depan bisa dibilang minim ruang penyimpanan. Hanya ada kunci kontak, bagian tengah ada gantungan barang, dan sebelah kiri ada soket charger.

Salah satu yang menarik dari TVS iQube adalah penggunaan dek tengah rata. Selain itu, tinggi dek juga wajar seperti skutik pada umumnya. Sebab baterai motor listrik ini tidak ditanam di bagian dek tengah, melainkan di bagian belakang.

Hal ini memberikan posisi berkendara yang natural. Karena dek tengah tidak terlalu tinggi seperti motor listrik kebanyakan.

Motor listrik TVS iQube yang baru meluncur di Indonesia secara desain membawa tampilan khas skutik retro TVS Callisto. Hal ini terlihat terutama dari bodi depan dan bodi belakang.

Namun saat dilihat lebih detail jelas berbeda. Di mana fascia depan mengusung lampu utama dan sein LED.

Sementara di bagian samping dan belakang, terlihat bahwa desain motor ini agak membulat khas skutik retro.

Meski begitu, wajah motor ini jika diperhatikan terlihat lebih modern, karena rumah lampu dibuat tipis dan melebas, sekilas mirip ‘Robocop’.

Di setang bagian depan, terdapat lampu DRL yang membentuk huruf ‘U’. TVS menyebut fitur ini sebagai signature lamp, karena menjadi ciri khas motor ini saat melaju di jalan.

Masih di setang, terdapat visor ukuran kecil yang bisa melindungi spidometer supaya enggak terlalu silau saat siang hari. Kemudian spion kotak tampak unik dan berbeda dibandingkan motor sekelasnya.

Beralih ke bagian spidometer, yang sudah pakai layar TFT full color. Ukurannya cukup besar dan terlihat jelas saat berkendara.

Bagian dasbor depan bisa dibilang minim ruang penyimpanan. Hanya ada kunci kontak, bagian tengah ada gantungan barang, dan sebelah kiri ada soket charger.

Salah satu yang menarik dari TVS iQube adalah penggunaan dek tengah rata. Selain itu, tinggi dek juga wajar seperti skutik pada umumnya. Sebab baterai motor listrik ini tidak ditanam di bagian dek tengah, melainkan di bagian belakang.

Hal ini memberikan posisi berkendara yang natural. Karena dek tengah tidak terlalu tinggi seperti motor listrik kebanyakan.

Saat berada di balik kemudinya, terasa posisi duduk yang cukup ergonomis. Buat test rider setinggi 163 Cm, kaki masih agak jinjit. Tapi posisi tangan cukup santai, khas motor perkotaan, karena setang tidak terlalu lebar.

Menariknya, jok motor listrik ini cukup lebar dan empuk, bikin nyaman selama perjalanan. Begitu juga dengan dek tengah yang luas, bisa untuk menaruh tas atau barang. Posisi kaki juga bisa lebih fleksibel, menyesuaikan gaya berkendara.

Tanpa melihat sistem penggeraknya, pengendara pasti akan mengira bahwa ini adalah skutik pada umumnya.

Bicara soal bantingan suspensi, sokbreker motor ini terasa empuk di depan dan belakang. Apalagi dengan profil ban yang cukup tebal, bikin nyaman saat melibas jalan tidak rata.

TVS iQube punya dua mode berkendara, mode ECO membatasi kecepatan maksimal di kisaran 40-45 Kpj. Sementara di mode Power mencapai 75 Kpj.

Perbedaan mode berkendara juga memengaruhi jarak tempuh, di mana mode ECO sanggup mencapai 100 Km, dan mode Power sampai 75 Km.

Namun demikian, dari sisi respons tenaga, kedua mode tersebut terasa sama saja. Saat berada di mode ECO, pengendara bisa langsung berpindah ke mode Power dalam kondisi apapun.

Tapi saat pindah dari Power ke ECO, pengendara harus melepas gas terlebih dahulu lalu dilanjutkan menekan tombol, untuk memindahkan mode berkendara.

Kemudian, penyaluran tenaga motor terasa linear dan tidak terlalu mengentak. Tapi cukup bertenaga dan terus mengisi, bahkan saat dipakai berboncengan.

Buat menyalip skutik berkapasitas 110 cc bukan pekerjaan sulit. Dalam kondisi menanjak, iQube juga bisa unggul.

Sengaja kami jajal motor listrik ini melewati rute harian dari Palmerah di Jakarta Pusat menuju kawasan Sukaraja, Bogor, Jawa Barat, sejauh 46,4 Km berdasarkan trip meter di layar instrumen.

Hasilnya, baterai motor listrik sanggup melewati rute tersebut dengan baik. Baterai berkapasitas 3,04 kWh miliknya bahkan masih tersisa 29 persen dari kondisi penuh.

Usai dipakai sejauh 46,4 Km berdasarkan trip meter di layar instrumen, motor dengan mudah dapat dicas menggunakan charger bawaan yang menyedot daya sekitar 650 watt.

Waktu pengecasan memakan waktu sekitar 4,5 jam untuk 0-80 persen. Kalau sudah sampai 100 persen, maka sistem bakal cut off otomatis.

Lantas, berapa biaya perjalanan menggunakan TVS iQube? Dengan tarif listrik Rp 1.444 per kWh, maka total biaya isi baterai (3,04 kWh) hanya memakan biaya sekitar Rp 4.389.

Sebagai salah satu motor yang tergolong baru, TVS iQube menawarkan biaya kepemilikan yang cukup bersahabat untuk sebuah motor listrik.

Dimulai dengan pajak kendaraan bermotor (PKB) sebesar Rp 0 dan SWDKLLJ sekitar Rp 35.000, artinya pengeluaran pajak per tahun hanya menghabiskan Rp 35.000.

Kemudian dengan baterai terisi penuh, iQUbe sanggup melaju hingga 46,4 Km berdasarkan trip meter di layar instrumen, bahkan masih tersisa 29 persen (mencapai 31 Km) dari kondisi penuh.

Dengan tarif listrik Rp 1.444 per kWh, maka total biaya isi baterai (3,04 kWh) hanya memakan biaya sekitar Rp 4.389.

Andai motor dipakai setiap hari selama 365 hari, biaya pengisian baterai sampai penuh (per hari Rp 4.389) setahun sekitar Rp 1.601.985.

Lalu untuk biaya servis, total selama tiga tahun pemakaian, biaya yang dihabiskan iQube mencapai Rp 1.938.000. Bila dibagi per tahun, maka konsumen perlu menyiapkan dana Rp 646.000.

Sementara untuk biaya perawatan per bulannya hanya menghabiskan Rp 53.833. Sedangkan untuk biaya perawatan per hari cukup Rp 1.794.

Secara total, dengan biaya pajak Rp 35.000 per tahun, biaya konsumsi baterai Rp 1.601.985 per tahun, dan biaya servis Rp 646.000 per tahun, artinya estimasi biaya kepemilikan TVS iQube menghabiskan Rp 2.282.985 selama setahun.

Adapun untuk biaya kepemilikan per bulan yang harus ditanggung konsumen berkisar Rp 190.248.

Perlu diingat, hitung-hitungan kasar yang redaksi himpun ini mungkin tidak mutlak bagi seluruh konsumen. Namun bisa jadi patokan kisaran biaya pengeluaran saat memiliki TVS iQube.

https://otomotif.kompas.com/read/2024/08/09/100200115/ulasan-lengkap-tvs-iqube-dari-desain-sampai-biaya-kepemilikan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke