SLEMAN, KOMPAS.com - Sebagian besar mobil manual dibekali kopling dengan penggerak sistem hidrolik, bukan menggunakan kawat atau kabel.
Sehingga, ada risiko performa kopling menurun. Sistem kopling tidak mampu menekan pegas secara sempurna untuk memutus putaran mesin.
Hardi Wibowo, Pemilik Aha Motor Yogyakarta mengatakan beberapa jenis masalah bisa mempengaruhi kinerja sistem kopling dengan penggerak hidrolik.
“Misal terdapat udara palsu, atau kemampuan masternya sudah lemah maka kemampuannya untuk menekan pegas bisa berkurang, bahkan bisa sampai nyeplos atau pedal tidak mau kembali,” ucap Hardi kepada Kompas.com, Sabtu (8/6/2024).
Hardi mengatakan ketika sistem hidroliknya terganggu maka gaya tidak bisa diteruskan dengan baik akibatnya tuas transmisi menjadi keras saat dioperasikan.
“Bila putaran mesin tidak terputus karena masalah kopling, maka tuas transmisi menjadi keras atau susah masuk gigi, ini sama saja pengemudi tidak menginjak pedal kopling, karena putaran mesin masih tersambung dengan poros input transmisi,” ucap Hardi.
Hardi mengatakan ketika kondisi ini dipaksakan, maka ketika tuas transmisi manual dipaksakan atau dimasukkan maka komponen internal transmisi akan rontok.
“Ada komponen yang berbentuk bearing pipih banyak jumlahnya di antara poros dan gear, ketika dipaksakan bearing ini akan rontok, ini hanya salah satu kemungkinannya, ada kemungkinan lain mengingat putaran pada antar gear tidak bisa diselaraskan,” ucap Hardi.
Jadi, ketika kopling mobil ngempos sebaiknya pengemudi tidak memaksakan mobil tetap melaju karena meski pedal kopling diinjak sebenarnya gayanya tidak akan sampai untuk memutus putaran mesin.
https://otomotif.kompas.com/read/2024/06/08/170200015/kopling-mobil-manual-ngempos-jangan-dipaksa-jalan