Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ulasan Lengkap Uji BYD Atto 3 Jakarta - Bandung

JAKARTA, KOMPAS.com - Produsen mobil listrik asal China, BYD, resmi masuk pasar Indonesia awal tahun 2024. Sebagai senjata awal, 'Build Your Dreams' meluncurkan tiga model sekaligus yaitu BYD Atto 3, Dolphin dan Seal.

Usai peluncuran pada pertengahan Januari lalu, Kompas.com mendapat kesempatan untuk menjajal keunggulan Atto 3, yaitu mobil yang masuk kelas SUV ringkas lima penumpang dan bersaing dengan MG4 EV dan Chery Omoda E5.

Test drive kali ini lumayan jauh dengan rute Jakarta-Bandung. Total jarak yang ditempuh ialah 177,5 km dengan rincian dari diler BYD di Sunter, Jakarta Utara menuju Bandung dan mampir ke beberapa tempat.

Eksterior

Ulasan pertama soal eksterior. Bisa disebut tampilan Atto 3 lebih cenderung aman alias konvensional, kalau tidak mau disebut konservatif ketimbang MG4 EV dan Chery Omoda E5 yang lebih terasa futuristik sporty.

Fasia depan contohnya, gril dibuat minimalis dengan logo BYD warna senada yaitu perak yang terkesan simpel. Tampilan depan dipermanis dengan bentuk lampu depan yang menyipit dengan pendar sein di bagian atas.

Sedikit ke bagian bawah air scoop besar menjadi poin utama tampilan. Secara keseluruhan bentuk di fasia depan ini mengikatkan mobil-mobil SUV Eropa meski sebetulnya tidak dapat ditunjuk satu merek.

Bicara desain, Atto 3 menggunakan bahasa desain Dragon-face 3.0. Bentuk kap mesin terbilang simpel dengan dua undakan di ujung kiri dan kanannya sebagai bagian dari keseluruhan bentuk lampu.

Beralih ke samping, gaya crossover dapat dilihat dari bagian atap yang lebih landai di bagian belakang. Di sisi samping dapat sebut desainnya minimalis, dengan perbandingan kaca dan pintu yang lebih besar pintu.

Kaki-kaki tampak gagah berkat pelek dual tone berukuran 17 untuk ripe Advance dan 18 inci untuk tipe Superior. Khusus tipe Superior yang terakhir dibalut ban Continentals profil tipis.

Interior

Bila tampilan luarnya "cari aman", maka kabin terasa futuristis. Masuk ke kabin Atto 3 disuguhi banyak "gimmick." Bukan berarti tidak bagus justru bisa disimpulkan sebaliknya.

BYD seolah ingin agar pengalaman berkendara tumbuh dengan suasana kabin yang out of the box seperti saat mobil listrik pertama kali hadir, yang mana buat sebagian orang mungki terasa "ramai."

Keunikan pertama ialah handel pintu yang tak biasa. Untuk buka tutup pintu dari dalam bukan pakai tuas yang ditarik. Bentuk handelnya unik, dan menariknya juga jadi tempat tweeter audio.

Masih di bagian pintu, ruang penyimpanan pada door trim di area pintu bagian dalam memakai tiga utas "senar gitar." Senar gitar itu terbuat dari karet dan bisa dimainkan layaknya gitar walau tidak bernada.

Menariknya dari senar gitar yang terkesan ceria, bagian dashboard punya bentuk yang sebaliknya. Detailnya dipenuhi detail garis-garis horizontal, di mana BYD mengatakan bentuk ini terinspirasi dari bentuk otot.

Detail seperti lubang AC dan tuas transmisi diambil dari detail-detail alat olarhaga di gym. Bentuk tuas transmisi matiknya bahkan di klaim terinsiprasi dari dumble.

Kemudian detail bagian atas armrest di bagian tengah diambil dari treadmill. Bangku alias joknya model semi bucket ala jok mobil balap. Tapi rupanya bukan terinspirasi dari dunia balap melainkan kursi gamming.

Kelebihan dari interior Atto 3 ialah banyak sentuhan soft touch, mulai dari dashboard, doortrim, setir dan detail lainnya yang membuat mobil terasa lebih mewah

Namun titik pusat perhatian ialah layar infotaiment di tengah sebesar 15,6 inci yang dapat berputar dari horisontal menjadi vertikal dan sebaliknya.

Rasa berkendara

Redaksi menilai pertama kali duduk di jok semi bucket dengan sandaran kepala menyambung ala kursi gamming cukup nyaman. Awalnya terasa terlalu rendah seperti naik sedan tapi ketinggian jok bisa disesuaikan.

Setirnya ala mobil balap dengan bagian bawah rata. Saat lingkar setir pertama digenggam sentuhan soft touch terasa mewah, namun karena ala mobil sport, ukurannya memang lebih kecil dari setir biasa.

Menariknya setir Atto 3 menawarkan dua pilihan mode yaitu comfort dan sport. Pengemudi dapat memilih mode tersebut di layar besar di tengah dasbor. Bedanya mode sport setirnya terasa lebih responsif.

Saat berada di tol Kompas.com tidak bisa terlalu merasakan sensasi akselerasi Atto 3. Sebabnya mobil yang dikendarai berada di barisan ketiga dari depan, kemudian kecepatan mobil patwal juga dibatasi.

Meski demikian terasa bahwa pengendalian mobil yang mumpuni. Suspensi bukan yang paling empuk tapi mampu mengakomodir kenyamanan yang saat tes berlangsung membawa tiga orang dengan bobot total 233 Kg.

Catatannya ialah ban Continentals yang dipakai di Atto 3 tipe Superior membawa kenyamanan tersendiri. Ban tidak berisik padahal mobil listrik minim suara dan suara tapak ban di jalan bisa masuk kabin.

Saat mobil memasuki Bandung, Jawa Barat, jalanan mulai bervariasi dan medan yang tepat buat Atto 3. Pengendalian mobil mulai terasa di jalan yang sempit dan meliuk menanjak karena rombongan menuju Dago.

Sesuai fitrahnya sebagai mobil listrik dengan torsi yang berlimpah, mobil mudah saja menaklukkan tanjakan. Meski sebelumnya mengerem sampai kondisi diam di tanjakan, dan kemudian melaju tanpa kesulitan.

Atto 3 dilengkapi dinamo listrik menghasilkan 201,1 Tk dengan torsi puncak 310 Nm. Catu daya menggunakan teknologi Blade Battery dari BYD, dengan daya 49,92 kWh untuk varian Standard dan 60,48 kWh untuk varian Extended.

Konsumsi daya baterai

Seperti dijelaskan saat melintasi Tol Cipularang, rata-rata kecepatan yaitu antara 60 kpj sampai 96 kpj. Mobil tidak bisa meluncur lebih cepat karena berada di posisi ketiga dari depan.

Kompas.com yang menjadi sopir di awal tes menggunakan mode standar dan tidak menggunakan adaptive cruise control agar kendali pengereman masih manual.

Pemberhentian pertama di Rest Area Km 72, sampai Bandung rombongan kemudian bertolak ke Maxis Resto di Cimbeluit. Acara berlanjut ke De Grote Cafe di Ciburial, Cimenyan, dan berakhir di Trans Studio Bandung.

Selama di Bandung mode pengendaraan tetap pakai model standar untuk menggambarkan pola pemakaian sehari-hari. Gaya berkendara juga sewajarnya seperti di jalan umum dan tidak mencari konsumsi daya terbaik.

Tercatat, total jarak dari Jakarta dan berkelana di seputar Bandung yaitu 177,5 km dan baterai terpakai 52 persen. Saat dihitung daya yang terpakai sebesar 5,6 kWh untuk satu kilometer.

Catatan tersebut cukup baik karena hasilnya tidak beda jauh dari tes yang dilakukan oleh New European Driving Cycle (NEDC) sebesar 14,9 kWh per 100 km atau 6,7 kWh per satu kilometer.

https://otomotif.kompas.com/read/2024/02/04/114100615/ulasan-lengkap-uji-byd-atto-3-jakarta-bandung

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke