Ciri khas rombengan mobil yaitu banyak mobil bekas yang teronggok tak terawat. Kondisinya berbagai macam, ada yang relatif masih mulus sampai hancur bekas tabrakan. Modelnya juga bervariasi mulai mobil tahun muda sampai tua.
Seorang pekerja di rombengan mobil di kawasan Parung, Bogor, Jawa Barat, mengatakan, pihak rombengan mobil mendatangkan dan membeli mobil-mobil tersebut dari berbagai tempat.
"Macam-macam, kalau mobil tahun tua Rp 4 juta. Terus mobil bekas tabrakan seperti Avanza 2014 itu Rp 45 juta. Masih lumayan, tapi kalau mesin hancur itu baru murah," ujar pekerja yang enggan disebutkan namanya kepada Kompas.com, belum lama ini.
Pekerja itu mengatakan, untuk mobil-mobil bekas tabrakan biasanya dapat dari pihak asuransi atau bengkel, sedangkan untuk mobil tua bangka alias motuba, sang pemilik yang menjual langsung.
"Ada yang bawa sendiri biasanya mobil tua, ada juga dari lelang yang hancurnya di bawa ke sini. Ada juga yang bekas tabrakan, ada yang dari bengkel yang gagal bangun," kata sumber tersebut.
"Kalau tabrakan biasanya dari bengkel ada juga dari orang langsung. Terus kalau mobil tua bangka juga yang sudah keropos, daripada didandanin mahal dan malu dipakai jadi jual ke sini. Ada itu Corolla klasik udah mati 20 tahun, ke sini," katanya.
Pekerja tersebut mengatakan, bisnis junkyard memang menguntungkan, tapi bukan tipe bisnis yang cepat berputar. Kalau untung pun bisa disebut butuh waktu, adapun jika rugi tidak terlalu jauh.
"Untung, tapi lama. Ya ini kan nunggu semua,"kata dia.
"Misalkan kita beli mobil gagal bangun (dari bengkel). Terus kita pereteli di sini, tapi dari sana sudah banyak yang ditukar-tukar. Tapi, kalau sudah begitu, kita tidak bisa protes. Ya mereka ambil yang dirasa berharga," katanya.
https://otomotif.kompas.com/read/2023/08/02/110200915/bisnis-rombengan-mobil-bisa-untung-tapi-lama