YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Seiring pemakaian mesin mobil akan mengalami penurunan performa karena terjadi penumpukan kerak karbon di dalam ruang bakar. Kerak karbon terbukti mengganggu pembakaran yang bisa mengakibatkan masalah di mesin.
Masalahnya bisa berupa suara ngelitik, tarikan mesin menjadi berat bahkan sampai menimbulkan gejala brebet atau mesin berputar tidak stabil.
Untuk menghindari hal itu, maka perlu dilakukan perawatan secara teratur dengan melakukan pembersihan kerak karbon di dalam ruang bakar. Metode pembersihan ini kerap dijuluki "gurah mesin". Namun, gurah mesin ternyata tidak boleh terlalu sering arena memiliki dampak negatif.
Service Advisor OJC Auto Service Yogyakarta Ryan mengatakan, meski memiliki manfaat membersihkan, metode gurah pada mesin tidak boleh dilakukan terlalu sering karena ada efek sampingnya.
“Gurah mesin membutuhkan zat kimia untuk membantu pengangkatan kerak karbon, itu sifatnya korosif atau mengikis sehingga bila dilakukan terlalu sering berisiko mengikis komponen di mesin,” ucap Ryan kepada Kompas.com, Senin (13/2/2023).
Dia mengatakan gurah mesin sebaiknya dilakukan setiap periode tertentu saja atau bila memang diperlukan.
“Disarankan gurah mesin dilakukan setiap 100.000 Km atau bila muncul gejala ngelitik, tarikan mesin berat dan sejenisnya saja, jadi tidak perlu setiap servis melakukan gurah mesin,” ucap Ryan.
Dia juga mengatakan pemilihan jenis bahan bakar juga menentukan cepat dan tidaknya kerak karbon terkumpul di ruang bakar sehingga penggunaan jenis bahan bakar tertentu dapat menjaga performa mesin tetap prima.
Jadi, gurah mesin yang terlalu sering dapat mengakibatkan komponen di dalam mesin mengalami pengikisan, terutama di dinding yang bersentuhan langsung dengan cairan pembersih karbon.
https://otomotif.kompas.com/read/2023/02/15/094200315/catat-ada-dampak-negatif-kalau-terlalu-sering-gurah-mesin-mobil