JAKARTA, KOMPAS.com - Kasus penganiayaan di jalan raya akhir-akhir ini kerap terjadi. Pertama ada pemukulan yang dilakukan pria ke wanita saat mengantre di SPBU di daerah Palembang.
Selain itu, ada juga kejadian pengemudi mobil yang cekcok dengan pramudi Transjakarta dan berujung menampar pengemudi bus. Sebenarnya hal seperti ini malah membuat rugi si pelaku.
Misal, pemukul wanita di Palembang dijadikan tersangka dan dipecat dari Partai Gerindra. Kemudian untuk pelaku penampar pramudi bus sudah dilaporkan ke Kepolisian dan sedang diperiksa.
Menurut Sony Susmana, Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia, road rage atau emosi di jalan terjadi akibat adanya masalah pada si pelaku.
"Orang yang bermasalah akal sehatnya lagi drop, sehingga kerap melakukan tindakan-tindakan yang tidak terpuji," ucap Sony kepada Kompas.com, Sabtu (28/8/2022).
Sony mengatakan, emosi di jalan cuma melampiaskan masalah yang ada di dirinya dan mengabaikan bahaya serta risiko. Seharusnya pengguna jalan bisa mengendalikan emosinya dengan baik saat mau mengemudi.
Ada beberapa kerugian yang harus diketahui kalau ingin melampiaskan emosi di jalan raya. Pertama adalah malu karena pada akhirnya banyak yang melihat dan menilai perbuatan yang tidak terpuji tadi.
"Suatu saat akan berurusan dengan hukum apabila ada korban yang dirugikan," kata Sony.
Selain itu, kelakuan emosi ini jika dibiarkan bisa membuat mental pengemudi buruk permanen. Belum lagi karena perilaku tersebut bisa meningkatkan risiko kecelakaan di jalan.
"Road rage membuat gaya mengemudi jadi agresif dan boros bahan bakar. Kendaraannya juga jadi cepat rusak," ucapnya.
https://otomotif.kompas.com/read/2022/08/27/122200115/rugi-jangan-jadi-pengemudi-emosi-di-jalan-raya