Adapun tahun ini pemerintah memprediksi bakal ada 17 juta pemudik yang pulang kampung menggunakan motor.
Melihat kondisi tersebut, untuk mencegah kecelakaan, Founder & Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting Jusri Pulubuhu mengatakan, ada beberapa cara untuk meminimalisasi risiko.
"Kalau kita rencana mudik bersama istri dan anak maka, mereka tidak naik motor. (Anak dan istri) naikkan moda transportasi yang lain," kata Jusri kepada Kompas.com, Senin (25/4/2022).
"Kemudian barang-barang jangan sampai overload sehingga membuat keterbatasan ruang gerak. Duduknya jadi tidak ergonomis terbatas karena okupasi barang atau lainnya," kata Jusri.
Jusri mengatakan, jika ingin mudik pakai motor maka barang bawaan yang tidak berpengaruh saat berkendara sebaiknya dikirim saja ke lokasi yang dituju, jadi tidak perlu dibawa di motor.
"Ruang gerak setang terhalang karena di depan atau di tangkinya dia taruh barang. Itu kirim. Barang-barang yang tidak diperlukan di perjalanan tapi diperlukan di kampung halaman kirimkan," katanya.
Kemudian, kata Jusri, jika memang terpaksa mudik pakai motor maka cara mengakalinya ialah cari angkutan mudik gratis yang bisa mengirimkan motor ke lokasi tujuan.
"Kalau punya kesempatan motor bisa dikirimkan pakai truk dari angkutan gratis yang ada. Maka itu, sangat bijak sekali karena memperpendek jarak tempuh dan mengurangi kecelakaan," katanya.
"Sebab, misal harusnya (pemudik menempuh jarak) 800 km tapi dengan dikirimkan maka hanya mengendarai motor sejauh 20 km," ungkap Jusri.
"Tapi, lagi-lagi jika dengan alasan apa pun terpaksa seluruh rute perjalanan harus naik motor, maka perlu persiapkan kondisi motor dan fisik, stamina, dan kesehatan mental," katanya.
https://otomotif.kompas.com/read/2022/04/28/162100415/risiko-tinggi-mudik-pakai-sepeda-motor-adalah-opsi-terakhir