Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Investasi Industri Otomotif Naik 43 Persen Selama 5 Tahun Terakhir, Jepang Teratas

Kompas.com - 15/01/2025, 13:12 WIB
Ruly Kurniawan,
Aditya Maulana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyebut bahwa investasi untuk sektor otomotif terus mengalami peningkatan, setidaknya selama lima tahun belakangan.

Direktur Deregulasi Penanaman Modal BKPM Dendy Apriandi mencatat nilai investasi yang masuk ke Tanah Air dari sektor ini mencapai Rp 31,7 triliun hingga September 2024. Angka tersebut naik 43 persen dari tahun 2019 yang hanya Rp 11,04 triliun.

Investasi tersebut terdiri atas penanaman modal asing (PMA) sebesar Rp 28,15 triliun dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp 3,6 triliun.

Baca juga: Gaikindo Pesimistis Penjualan Mobil 2025 Tembus 1 Juta Unit

Ilustrasi penjualan mobilAFP PHOTO / BAY ISMOYO Ilustrasi penjualan mobil

"Kalau kita breakdown lagi dari industri yang berkembang, itu memang ada industri baterai, industri kendaraan roda empat, dan industri roda dua dengan komposisi 15 persen, 73 persen, dan 11 persen," kata dia di Jakarta, Selasa (14/1/2025).

Capaian ini menandakan Indonesia sebagai negara tujuan yang sangat potensial untuk sektor otomotif.

Lebih lanjut, ia mengatakan selama 2019-2024, Jepang menanamkan investasi sektor otomotif Rp 75 triliun, diikuti Korea Selatan Rp 44,25 triliun, Singapura Rp5 ,5 triliun, Hong Kong Rp 3,59 triliun, dan China Rp 1,04 triliun.

Selama periode itu pula, investasi ke industri mobil mencapai Rp 107 triliun, diikuti kendaraan roda dua dan tiga Rp 16,7 triliun, dan baterai Rp 22,1 triliun.

Baca juga: BMW M Catat Penjualan Tertinggi Sepanjang Sejarah di 2024

Ekspor mobil listrik BYD dari China ke berbagai negara di Eropa, Timur Tengah, dan AsiaDok. Insideevs.com Ekspor mobil listrik BYD dari China ke berbagai negara di Eropa, Timur Tengah, dan Asia

Lebih jauh, ia menyatakan bahwa peningkatan investasi ini juga seiring dengan insentif yang dihadirkan pemerintah, seperti tax holliday ataupun subsidi pembelian mobil baru menuju era kendaraan listrik.

"Insentif itu bukan yang utama, bahkan kami mengatakan, bukan yang segala-galanya. Karena dari survei, insentif itu di urutan belakang," kata Dendy.

"Tapi, karena kita memiliki kekurangan-kekurangan dari sisi yang lain tadi, insentif inilah penambalnya. Insentif ini sweetener-nya, gula-gulanya, agar tetap menarik buat investor," lanjutnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau